JABAR EKSPRES – Menteri Kebudayaan Fadli Zon mewacanakan untuk appraisal atau taksir harga artefak kebudayaan, guna mengukur sejauh mana harta karun nasional yang ada.
Hal itu diungkapkan Fadli Zon saat membuka Pameran Pusaka Nasional di Museum Sri Baduga, Kota Bandung, Selasa (29/7). Diketahui warisan artefak kebudayaan nasional itu tidak sedikit. Ia tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Ada yang diamankan di museum atau masih tersimpan di situs-situs budaya tertentu. Mulai dari senjata seperti keris, kujang, hingga mandau. Maupun guci, hingga arca yang terpajang di museum atau candi-candi.
Baca Juga:Angkot Pintar Belum Siap Diterapkan, Baru Berjalan di 2029?Soal Klaim Kebocoran Data 4,6 Juta Warga Jabar, Pemkot Pastikan Milik Warga Bandung Aman?
Fadli Zon menuturkan, aprraisal atau taksir harga itu merupakan tahap lanjutan. “Itu tahap lanjutan, setelah langkah verifikasi atau sertifikasi,” katanya.
Ia menguraikan, proses verifikasi dan sertifikasi artefak itu terus berlangsung. Tujuannya untuk memaksimalkan inventarisir berbagai warisan luhur budaya itu. “Jangan sampai tercatat tapi barang (artefak.red) itu tidak ada. Ini bagian dari proses kurasi ulang,” cetusnya.
Sertifikasi itu juga bisa diberlakukan kepada objek artefak dalam bentuk pusaka. Jadi nanti bisa dikategorikan pusaka-pusaka sepuh, lalu ada pusaka produk kontemporer. Pusaka kontemporer itu punya kekhasan karena diproduksi dengan teknologi yang lebih kekinian. Sedangkan pusaka sepuh tak kalah unik karena proses produksinya yang khas.
Fadli Zon melanjutkan, setiap benda atau koleksi artefak itu menyimpan cerita. Itu juga perlu dinarasikan dengan baik. Agar bisa menjadi bahan edukasi generasi muda ataupun generasi yang akan datang.
Barang-barang itu juga bisa untuk dikembangkan, misalnya dibuat replika yang kemudian dijadikan merchandise. Termasuk dikemas menjadi objek fashion, sehingga bisa menjadi barang-barang bernilai jual untuk pengunjung museum atau kegiatan lain.
Fadli Zon menegaskan, appraisal atau taksir harga bukan untuk kepentingan jual beli. “Ini (appraisal.red) tahap berikutnya. Harapannya itu untuk mengetahui nilai kekayaan budaya. Bukan untuk jual beli, tapi menghargai proses. Negara lain juga melakukan itu,” jelasnya. (son)
Reporter: Hendrik Muchlison
