Dalam kasus kami, saldo yang terkumpul sebesar Rp12.000. Namun, perlu diingat bahwa ini hanya sekadar umpan agar pengguna tergiur dan akhirnya melakukan deposit ke dalam aplikasi. Pada dasarnya, ini adalah modus penipuan dengan kedok investasi bodong.
Dalam aplikasi ini juga terdapat tabel pendapatan yang skemanya sangat tidak masuk akal. Seperti aplikasi AdmediaJob, aplikasi ITV ini hanya menguntungkan orang-orang yang lebih dulu bergabung, karena menerapkan sistem parareferral.
Aplikasi ini juga mencantumkan berbagai fitur seperti insentif, aktivitas, dan jabatan karyawan, yang terlihat meyakinkan. Sebagai contoh, muncul notifikasi seperti “Anda telah menjadi karyawan magang.” Namun semua ini hanyalah strategi untuk menarik pengguna baru.
Baca Juga:7 HP Redmi Terbaik 2025 yang Turun Harga Drastis, Mulai Rp1 Jutaan!PKH dan BPNT 2025 Cair Lagi, Ini Cara Cek Bansos PKH dan BPNT 2025 Lewat Aplikasi dan Situs Resmi Kemensos
Menariknya, aplikasi ini juga mencatut nama perusahaan yang tampaknya menyerupai nama perusahaan legal, dalam hal ini AdmediaJob. Ada pula aplikasi lain yang menggunakan nama buatan sendiri.
Perlu diwaspadai, jangan mudah percaya dengan surat izin operasional yang mereka tampilkan. Dulu, aplikasi OMC juga sempat menunjukkan dokumen izin palsu untuk meyakinkan penggunanya. Kecuali aplikasi tersebut benar-benar memiliki izin resmi dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan), maka sebaiknya tidak perlu diinvestasikan.
Kami mencoba melakukan deposit untuk memverifikasi nama rekening tujuan. Salah satu metode pembayaran yang digunakan adalah Cris, dan kami memilih nominal Rp1 juta. Setelah menekan konfirmasi dan memindai kode QR, muncul nama pemilik rekening, ADS Store OK2507561, yang berlokasi di Bandung.
Jika ini benar merupakan perusahaan resmi, seharusnya rekening yang digunakan atas nama perusahaan, bukan pribadi seperti ini. Dari sini saja sudah terlihat tanda-tanda mencurigakan.
Selain ITV, ada pula aplikasi lain seperti Admediajob, yang kini sudah resmi scam. Situs web mereka sudah tidak dapat diakses, dan banyak pengguna yang menjadi korban. Sebelum benar-benar hilang, aplikasi OMC dan AMV juga sempat meminta semua anggotanya untuk membayar pajak sebagai syarat pencairan dana. Berbagai keluhan dari korban terus bermunculan curhatan para korban.
Ketika aplikasi masih berjalan, banyak orang memamerkan hasil yang diperoleh. Namun, setelah aplikasi dinyatakan scam, barulah semuanya mengaku menjadi korban. Ironisnya, para leader yang sebelumnya mendapatkan keuntungan besar pun ikut mengaku sebagai korban, padahal mereka sudah meraup banyak uang dari para anggota yang direkrutnya.
