JABAR EKSPRES – Kami akan membahas salah satu aplikasi yang sedang viral saat ini, yaitu aplikasi 68EA. Umumnya, aplikasi yang berjenis skema Ponzi menggunakan tautan referensi untuk masuk, dan dari situ bisa terlihat indikasi penipuan di baliknya.
Jika kita amati, aplikasi ini telah berkembang pesat di Indonesia. Mereka bahkan melakukan berbagai kegiatan sosial dan mendirikan sejumlah kantor di berbagai wilayah.
Lalu, sejak kapan aplikasi ini mulai ada? Jika kita lihat dari kanal YouTube resminya, mereka baru bergabung pada 20 Maret 2025. Besar kemungkinan, aplikasi ini mulai beroperasi sejak saat itu, atau setidaknya beberapa bulan yang lalu. Sejak itu, pertumbuhannya terbilang cepat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri, terutama di India.
Baca Juga:Panduan Lengkap Cek Air Radiator Tanpa Buka Tutup Radiator5 Mitos Keuangan yang Harus Dihindari di Tengah Krisis Ekonomi 2025
Menariknya, terdapat kalimat seperti “Actions with Citadel and O3 speak louder than all words” yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terdengar cukup janggal. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar konten maupun komentar yang mendukung aplikasi 68EA berasal dari akun-akun luar negeri, khususnya India.
Fakta bahwa banyak komentar pembela berasal dari akun-akun India justru memperkuat dugaan bahwa aplikasi 68EA adalah sebuah penipuan (scam) dan seharusnya segera ditindak oleh pihak berwenang.
Saat kami menelusuri informasi terkait 68EA atau GS Investment di Facebook, ternyata sangat minim. Hanya ada beberapa postingan dari segelintir orang saja, tanpa informasi yang jelas atau kredibel.
Modus Penipuan Aplikasi 68EA
Jika kita perhatikan, modus operandi dalam aplikasi 68EA adalah dengan menawarkan skema investasi, yang dikemas seolah-olah sebagai investasi kripto. Saat kami mencoba memeriksa keamanannya melalui ChatGPT dengan pertanyaan “Apakah investasi di 68EA aman?”, hasil penelusuran terbaru menunjukkan bahwa investasi di 68EA, yang juga dikenal sebagai GS Investment Group, sangat tidak direkomendasikan karena mengandung banyak indikasi penipuan.
Situs terkait juga terdeteksi rawan malware, diblokir oleh sistem keamanan, dan memiliki banyak laporan terkait aktivitas penipuan. Beberapa laporan tersebut berasal dari media sosial seperti Facebook maupun sumber lainnya, namun ulasan yang benar-benar terpercaya sangat terbatas.