Saat ditanya kenapa anak seusia Narash memilih hobi ekstrem semacam BMX, Nissa menyebut semua karena kebiasaan sejak kecil yang menumbuhkan rasa ingin tahu.
“Ia anak yang aktif dan suka tantangan fisik. Buat Narash, BMX itu bukan sekadar olahraga, tapi juga bentuk petualangan dan ekspresi diri,” ujarnya.
Dan benar saja. Bagi Narash, BMX adalah medan pembuktian diri. Ia senang mencoba trik baru, menantang gravitasi, dan bersosialisasi dengan teman-teman komunitas.
Baca Juga:Persib Singgung Bonus Rp1 Miliar Tak Cair Sesuai Janji, Begini Tanggapan Sekda Jabar!Persib Tolak Bonus dari Gubernur Jabar, Nominal Tak Sesuai Janji
Salah satu kenangan yang paling melekat dalam ingatannya adalah saat mengikuti ‘Ngabuburide’ tahun 2022 bersama komunitas BDG BMX.
“Waktu itu dia masih 5 tahun. Narash jadi peserta termuda. Dia gowes dari Sukajadi ke Taman Pramuka sejauh sekitar 7 kilometer. Itu jadi pengalaman pertamanya gowes jauh,” kata Nissa.
Sejak itu, Narash rutin ikut gowes jarak jauh, bahkan ke Car Free Day Dago atau Taman Pandawa Bowl Skatepark di Bandung. Meski masih duduk di bangku kelas 2 SD , ia sudah terbiasa menjajal berbagai medan, dari jalanan lurus hingga arena vertikal dengan rintangan tinggi.
Saat diminta berbagi cerita, Narash menjawab dengan nada malu-malu tapi mantap soal kecintaannya terhadap BMX dan ia secara langsung melihat Papa main BMX, jadi dia juga.
“Seru banget bisa loncat-loncatin sepeda, nyoba trick-trick freestyle. Aku semangat terus, pengen jago kayak Papa, dan bisa ikut lomba besar kayak X-Games,” ujar Narash, penuh semangat.
Tentu, perjalanan BMX-nya tak selalu mulus. Ia pun mengaku tantangan terberat justru saat mencoba trik baru.
“Paling susah pas belajar trick baru terus jatuh. Sakit sih, tapi aku udah biasa. Jatuh, bangun lagi. Kadang takut juga kalau arenanya baru atau rame sama yang lebih besar, “katanya.
Baca Juga:Jelang Piala Presiden 2025, Stadion Si Jalak Harupat Terus DibenahiTugu Helikopter Baru di Simpang Sentul, Warga Boleh Swafoto
Salah satu momen yang menguji nyalinya adalah saat pertama kali harus turun dari quarter ramp setinggi 1,7 meter.
“Satu jam aku cuma berdiri doang, nunggu berani. Tapi Papa dan Ibu selalu bilang, gak akan jatuh, pasti bisa. Dijaga juga di bawah. Ternyata bener. Cuma awalnya aja takut,” kenangnya.
Dalam mengatasi rasa gugup saat tampil di depan juri atau penonton, Narash hanya bisa percaya diri dan yakin bahwa dia bisa.
