JABAR EKSPRES – Sungai Cimande yang terletak di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, kembali meluap dan menyebabkan banjir di pemukiman warga pada Sabtu, 15 Maret 2025.
Banjir akibat luapan Sungai Cimande ini tidak hanya berdampak pada satu kawasan, melainkan merendam empat desa sekaligus, yaitu Desa Cihanjuang, Sindangpakuon, Sindanggalih, dan Sukadana di Kecamatan Cimanggung.
Salah satu warga yang terdampak banjir, Salsabila (24), yang tinggal di Dusun Cimande, Desa Sindangpakuon, mengungkapkan bahwa luapan air sungai kali ini lebih parah dibandingkan sebelumnya.
“Ini banjir di Cimande (akibat luapan air sungai), malah makin parah,” ujarnya kepada Jabar Ekspres, Sabtu (15/3).
Salsabila menyatakan bahwa banjir besar seperti ini bukan pertama kalinya terjadi, sehingga warga mulai merasa frustrasi dan mempertanyakan kinerja pemerintah dalam menangani masalah ini, terutama terkait normalisasi Sungai Cimande.
“Pemerintah ini gimana? Buat apa hanya memantau-mantau saja? Kita (warga) enggak butuh sekadar perhatian, kita butuh solusi nyata,” ungkapnya.
Diketahui, luapan Sungai Cimande yang menyebabkan banjir di empat desa tersebut terjadi setiap kali hujan dengan intensitas deras dalam waktu cukup lama.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Jabar Ekspres, ketika Sungai Cimande meluap, ketinggian banjir yang menggenangi pemukiman warga bervariasi, mulai dari sekitar 20 sentimeter hingga lebih dari satu meter.
Salsabila berharap, pihak pemerintah, baik dari tingkat desa maupun kabupaten, segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah luapan Sungai Cimande.
“Kami mengerti masalah ini sudah dibahas dalam pertemuan dengan Dewan, tapi yang kami butuhkan adalah tindakan nyata, bukan sekadar pembahasan. Kami ingin tahu langkah konkret apa yang akan diambil dan kapan akan direalisasikan?” ujarnya.
Ia juga mendesak agar pemerintah bergerak cepat dan memberikan solusi yang jelas dalam menangani masalah ini.
“Masyarakat semakin frustrasi dengan keadaan ini. Bahkan ada dorongan untuk melakukan aksi langsung ke desa sebagai bentuk protes, karena kami merasa tidak didengar dan tidak mendapatkan solusi yang jelas,” tambahnya.
“Kami sangat berharap ada jawaban dan tindakan yang jelas dalam waktu dekat. Jika tidak, kami sebagai masyarakat akan mengambil langkah lebih tegas untuk menyuarakan aspirasi kami agar segera ada solusi nyata,” pungkas Salsabila. (Bas)