JABAR EKSPRES – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Banjar mengambil langkah progresif dalam mengintegrasikan program pembinaan narapidana dengan upaya strategis ketahanan pangan.
Lapas setempat memulai revitalisasi lahan pertanian di area dalam dan luar kompleks penjara, sebagai bagian dari inisiatif pemberdayaan warga binaan dan optimalisasi sumber daya lokal.
Program ini tidak hanya bertujuan memaksimalkan lahan tidur menjadi produktif, tetapi juga menjadi sarana pelatihan pertanian terpadu bagi warga binaan.
BACA JUGA:Warga Binaan Lapas Banjar Digembleng Budidaya Maggot
Hasil panen dari lahan seluas 1,5 hektar tersebut rencananya akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangan lapas sekaligus dijual ke pasar, dengan keuntungan digunakan untuk mendanai program pembinaan lain, seperti pelatihan kerajinan dan literasi digital.
Kepala Lapas Banjar, Tutut Prasetyo, menegaskan bahwa program ini dirancang untuk menjawab dua tantangan sekaligus mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan eksternal dan menyiapkan mantan narapidana agar mampu mandiri pasca-bebas.
“Ini adalah investasi jangka panjang. Kami tidak hanya ingin membina, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan konkret. Sektor pertanian dipilih karena relevan dengan potensi wilayah dan kebutuhan nasional akan swasembada pangan,” ujarnya saat meninjau langsung persiapan lahan baru-baru ini.
BACA JUGA:Modus Narapidana Selundupkan Sabu ke Dalam Lapas Banjar Terungkap
Selain menanam komoditas seperti sayuran, cabai, dan buah-buahan, program ini juga mencakup pelatihan pengolahan pupuk organik dan sistem irigasi efisien. Sebanyak 45 warga binaan terlibat aktif dalam proses pembukaan lahan, penanaman, hingga pemeliharaan, dengan pendampingan dari petugas lapas dan penyuluh pertanian dari Dinas Pertanian setempat.
Program ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan lokal, tetapi juga menjadi model pembinaan yang berkelanjutan, mengubah lahan lapas dari sekadar tembok pengasingan menjadi ruang pembelajaran yang hidup dan produktif.
“Saya merasa lebih optimis. Ilmu ini bisa saya terapkan di kampung nanti,” ujar salah seorang peserta yang tengah menjalani pembinaan di Lapas Banjar.
Antusiasme serupa terlihat di antara peserta lain, yang kini mulai melihat masa tahanan sebagai fase persiapan menuju reintegrasi sosial. (CEP)