“Padahal, provinsi ini tak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga memiliki sumber daya manusia yang melimpah. Sayangnya, angka pengangguran di Jawa Barat tetap menjadi ‘momok’ yang terus menghantui,” bebernya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024, Provinsi Jawa Barat memiliki jumlah penduduk sebanyak 50.345.200 orang atau setara dengan 17,88 persen dari total penduduk Indonesia.
Meskipun memiliki populasi yang tergolong besar, namun Provinsi Jawa Barat mencatatkan angka pengangguran terbuka tertinggi di Indonesia, dengan total 1.888.287 jiwa.
Maulana menjelaskan, angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi lain, seperti Jawa Timur dengan 1.165.587 jiwa dan Jawa Tengah dengan 1.080.260 jiwa.
Selain itu, menurut data Kementerian Ketenagakerjaan pada 2024, Provinsi Jawa Barat juga mencatatkan angka pengangguran putus asa yang tertinggi di Indonesia, yakni sebanyak 280.567 jiwa.
“Apa yang salah? Sebagai provinsi yang memiliki lokasi strategis, akses infrastruktur memadai, dan berdekatan dengan pusat pemerintahan nasional, Jawa Barat seharusnya memiliki banyak peluang ekonomi,” jelasnya.
Namun faktanya, Maulana menambahkan, dari total 50 juta lebih penduduk, hampir dua juta jiwa masih menganggur di Jawa Barat.
Ironisnya, ada pula ratusan ribu orang yang masuk kategori ‘pengangguran putus asa’, alias mereka yang sudah menyerah mencari pekerjaan.
Ekonomi Melemah
Tingginya angka pengangguran ini tidak terlepas dari dinamika pertumbuhan ekonomi Jawa Barat yang fluktuatif dalam tiga tahun terakhir.
Pada 2022, ekonomi tumbuh cukup kuat di angka 6,03 persen, kemudian melemah menjadi 5,15 persen di 2023, namun kembali menurun ke 4,91 persen pada 2024.
Maulana mengungkapkan, meski terlihat melambat, ini bukan berarti perekonomian Jawa Barat kehilangan arah. Dari sisi produksi, sektor transportasi dan pergudangan menjadi kontributor utama dengan pertumbuhan sebesar 11,87 persen.
“Hal ini masuk akal, mengingat Jawa Barat merupakan salah satu pusat logistik di Indonesia. Lokasinya yang strategis, dekat dengan Jakarta dan pelabuhan utama, menjadikannya tulang punggung distribusi barang. Tren belanja online yang terus meningkat juga memperkuat sektor ini,” ungkapnya.
Sementara itu, lanjut Maulana, apabila dilihat dari sisi pengeluaran, ekspor barang dan jasa mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 13,73 persen.