Perlukah Muslim Membuat Acara tandingan Untuk Merayakan Tahun Baru?

JABAR EKSPRES – Merayakan malam tahun baru dengan menghabiskan malam sambil menunggu pergantian tahun, sepertinya juga sudah menjadi tradisi di Indonesia. Karenanya banyak yang berinisiatif membuat cara tandingan agar umat muslim menghabiskan malam tahun baru dengan lebih bermanfaat.

Seperti mengadakan cara pengajian, tabligh akbar, atau acara Islami lainnya yang diselenggarakan saat malam tahun baru.

Maksudnya agar umat muslim tidak menghabiskan waktu dengan aktivitas yang sia-sia seperti membakar kembang api, meniup terompet yang mengganggu sekitar atau bahkan dengan pesta minuman keras.

Baca juga : Alasan Muslim Dilarang Merayakan Tahun Baru, Ada 10 Hal yang Bisa Merusak Iman

Karena sudah menjadi kebiasaan di masyarakat memiliki tradisi keluar rumah saat malam tahun baru, meski hanya sekedar berjalan-jalan, melihat pesta kembang api, konser atau acara khusus yang sengaja diselenggarakan saat pesta pergantian tahun.

Namun, apakah menggelar acara tandingan seperti itu diperlukan?

Menurut Ustadz Ammi Nur Baits yang merupakan Dewan Pembina Konsultasi Syariah, menyebutkan, hal tersebut sangat tidak diperlukan.

Dilansir dari laman Konsultasi Syariah, beliau menyebutkan tidak ada yang spesial di malam tahun baru.

“Tidak perlu membuat “saingan” berupa kegiatan Islami dalam rangka menyambut tahun baru. ” ujarnya.

Dia menambahkan, tidak perlu membuat acara khusus dalam rangka menyambut tahun baru masehi. Tidak perlu membuat majelis dzikir atau pengajian dalam rangka tahun baru.

Karena jelas tahun baru masehi bukan perayaan kaum Muslimin dan jelas itu adalah perayaan non-muslim serta memiliki sejarah yang terkait dengan agama kuno Romawi.

Baca juga : Naskah Khutbah Jumat Tentang Muslim yang Merayakan Tahun Baru Masehi

Sebagaimana dalam buku “The World Book Encyclopedia” vol.14 hal.237 dijelaskan:

“Semenjak abad ke 46 SM raja Romawi julius caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun. Orang Romawi mem persembahkan hari 1 Januari kepada janus, dewa segala gerbang pintu-pintu dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama janus sendiri,yaitu dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menghadap ke (masa) depan dan satu wajah lagi menghadap ke (masa) lalu”.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan