Kasus Bully dan Kekerasan di Jabar Tinggi, Fraksi PPP DPRD Dorong Semua Pihak Ikut Mengawasi

JABAR EKSPRES – Ketua Fraksi PPP DPRD Jawa Barat Zaini Shofari mendorong semua pihak lebih peka dan peduli terhadap perempuan dan anak di Jawa Barat. Hal itu melihat tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Jawa Barat. Termasuk aksi bullying.

Berdasarkan data Sisem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) yang diakses Minggu (22/12), tercatat jumlah kasus di Jabar selama 2024 hingga saat ini tembus di angka 2.550 kasus. Angka itu menunjukkan posisi teratas di banding provinsi lain di Indonesia.

Urutan kedua adalah Jawa Timur dengan 2.316 kasus, lalu Jawa Tengah dengan 2.104 kasus. Sementara di Jabar jika dirincikan, kasus tertinggi ada di Kabupaten Bekasi dengan 283 kasus. Kemudian Kota Bekasi dengan 215 kasus, dan Kabupaten Cianjur dengan 172 kasus.

BACA JUGA: Viral Video Jasmine Berkerudung Pink Papaya di Twitter, Cek Kebenarannya!

Sejumlah kasus juga mencuat ke publik beberapa waktu terakhir. Seperti kasus perundungan terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kabupaten Bandung yang dipaksa makan daging musang pertengahan Desember ini. Ataupun kasus perundungan terhadap anak kelas 3 SDN Jayamukti Subang yang sampai meninggal dunia karena dibully kakak kelasnya.

Melihat berbagai kasus dan fenomena itu, Zaini Shofari mengaku prihatin. Semestinya berbagai peristiwa itu bisa dicegah. “Ini harus menjadi perhatian bersama, semua pihak harus terlibat,” jelasnya saat ditemui, Jumat (20/12).

Zaini melanjutkan, berbagai upaya pencegahan perlu dimasifkan lagi. Dan itu tidak hanya menjadi tanggung jawab dinas terkait. Misalnya Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) atau Dinas Pendidikan. “Semua pihak harus peduli, ikut mengawasi,” tegasnya.

BACA JUGA: “KLAIM” Saldo E-Wallet Rp170.000/Jam di Aplikasi Penghasil Uang

Misalnya di lingkungan sekolah, maka semua pihak di sekolah perlu terlibat mengawasi. Karena tidak sedikit aksi perundungan ataupun kekerasan yang menyasar anak terjadi di sekolah. Kegiatan siswa saat di luar kelas atau jam istirahat perlu dipantau.

Selain itu, guru juga perlu membekali edukasi terkait pencegahan aksi perundungan atau bullying. Seperti kasus bully pada ABK dengan motif iseng untuk konten media sosial. Siswa perlu didik untuk membuat konten yang positif dari pada konten yang berisi perundungan. “Apalagi ini kan ABK, butuh lebih diperhatikan lagi,” jelasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan