Melalui teknik visualisasi maka siswa akan lebih mudah memahami apa yang ingin guru sampaikan. Ketika siswa merasa paham kemungkinan besar mereka akan lebih semangat dalam belajar dan termotivasi untuk mempelajarinya secara lebih lanjut. Memanfaatkan media untuk menyampaikan materi pelajaran juga sering dijadikan strategi guru dalam pembelajaran daring agar siswa lebih semangat untuk mengikuti proses pembelajaran dari rumah.
10. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik memahami perbedsaan siswa Salah satu cara menjadi guru yang baik adalah dengan memiliki kemampuan komunikasi yang bagus. Baik itu secara verbal, nonverbal, maupun tertulis.
Selain itu perlu dipahami beberapa latar belakang siswa terkait peningkatan motivasi belajar siswa dan memahmi perbedaan siswa
* Siswa yang krisis identitas. Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan siswa terjadi karena siswa gagal mencapai masa integrasi kedua.
* Siswa yang memiliki kontrol diri yang lemah. Siswa yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
* Siswa yang kurang kasih sayang orang tua. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan menyebabkan kurang perhatian kepada anaknya. Tidak mengenalkan dan mengajarkan norma-norma agama kepada anaknya. Akibatnya dia akan sering bolos atau terlambat sekolah. Saat di sekolah ia akan berulah macam-macam untuk mendapat perhatian dari orang lain, termasuk kepada gurunya.
* Siswa yang kedua orang tuanya tidak harmois atau bahkan bercerai. Suasana di rumah yang tidak nyaman akan menyebabkan anak tidak fokus saat pelajaran. Kedua orang tua yang seharusnya melidungi dan memberi contoh yang baik justru menjadi akar permasalahan anaknya.
* Siswa yang menjadi “korban” dari saudara atau teman sepermainannya. Tipe anak seperti ini akan melakukan hal yang sama pada anak lainnya karena ia adalah ‘korban’ dan berusaha untuk membalas dendam.