Kondisi Kronis, Warga Ngadu Komisi IV DPRD Dorong Kejelasan Pengelolaan TPPAS Sarimukti

JABAR EKSPRES – Sejumlah warga yang mengatasnamakan Masyarakat Peduli Sarimukti ngadu ke Komisi IV DPRD Jabar, Rabu (11/12). Mereka menuntut kejelasan nasib Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Sarimukti.

Perwakilan warga, Wahyu Darmawan menuturkan, pertemuan itu sebagai bentuk kepedulian masyarakat atas kondisi TPPAS Sarimukti. Ia ingin segera ada kejelasan dan langkah penanganan serius terhadap TPPAS itu.

Pertemuan itu sebenarnya sudah cukup lama ia sampaikan, tapi memang baru terealisasi hari ini. Wahyu menuturkan, sampai saat ini TPPAS itu diselimuti berbagai masalah. Mulai dari pencemaran lingkungan, overload hingga persoalan manajemen pengelolaan. “Ada laporan pencemaran, lalu ada sanksi juga dari KLH. Bahaya besar kalau tidak segera dibereskan,” katanya.

BACA JUGA: Angka Penyandang Disabilitas di Kota Bandung: Tanggung Jawab yang Masih Berat

Sejumlah pakar yang hadir di pertemuan di Ruang Komisi IV DPRD itu semakin menguatkan kondisi kronis TPPAS Sarimukti. Prof. Etty Riani dari IPB misalnya, ia menjabarkan sejumlah data penelitan dan temuan terkait pencemaran air di Sungai Citarum. Yang juga buntut dari TPPAS Sarimukti.

Misalnya data temuan mengenai kualitas air sungai 500 meter dari outlet IPAL TPPAS Sarimukti. Di antaranya kadar klorida 855,5 yang melebihi baku mutu 300. Lalu Amonia di angka 12,79 yang jauh dari standar baku mutu di angka 0,1. “Amonia tinggi, makanya ikan mati,” cetus Prof.Etty.

Prof Etty melanjutkan, pihaknya juga mendapati dampak nyata dari kondisi air yang tidak sehat itu. Salah satunya mengenai kerusakan hati dan ginjal pada sejumlah ikan yang disample dari beberapa bendungan yang dialiri Sungai Citarum.

BACA JUGA: Bupati Bandung Siap Dukung Penuh Target KONI Raih 100 Medali Emas di Porprov 2026, Asalkan Tertib Administrasi

Sementara itu, Pakar Teknik Lingkungan I Made Wahyu Widyarsana dari ITB menambahkan, pengelolaan limbah di TPPAS Sarimukti memang butuh perbaikan. Jika memang TPPAS itu terpaksa untuk terus beroperasi. “Ini kan dulu konsepnya TPA darurat, jadi memang harus cepat dicari solusinya untuk TPA definitif,” ujarnya.

I Made Wahyu menjabarkan, lolosnya lindi ke sungai juga bisa disebabkan banyak faktor. Memang karena kegagalan operasional pengelolaan limbahnya, atau juga karena memang kerusakan di bebedapa titik.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan