Demi Benahi Permasalahan Lingkungan Indonesia, Agung Alumni SITH ITB Rela Abaikan Tawaran Pekerjaan di London

Tercatat hingga saat ini, Surplus Indonesia telah berhasil menyelamatkan lebih dari 350 ton makanan serta mencegah sekitar 5.000 ton emisi karbon dioksida (CO2). Dengan lebih dari 500.000 pengguna dan lebih dari 4.000 mitra makanan dan minuman, aplikasi ini mendominasi sektor penyelamatan makanan dengan pangsa pasar 90 persen dan telah secara langsung memberi manfaat kepada lebih dari 500.000 orang, dengan fokus pada pemberdayaan perempuan melalui peluang kewirausahaan dan program pelatihan.

APEC Bio-Circular-Green (BCG) Award 2024 adalah penghargaan yang diberikan oleh Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) setiap tahunnya dan berhak atas cash prize sebesar 5.000 Dolar Amerika Serikat kepada individu yang menunjukkan komitmen dan inovasi dalam mendukung ekonomi berkelanjutan dengan dampak positif yang besar, khususnya di tiga bidang utama yakni bioekonomi, ekonomi sirkular, dan ekonomi hijau.

Penghargaan ini diusulkan oleh Kanada, Tiongkok, dan Thailand, disponsori oleh Hong Kong, Selandia Baru, Peru, dan Amerika Serikat, serta didanai melalui kontribusi dari Kanada, Tiongkok, Hong Kong, dan Thailand.

Selain menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang memenangkan APEC Bio-Circular-Green 2024 International Award on Youth Category, Agung juga diketahui masuk ke dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2024 pada kategori Consumer Technology serta menerima pendanaan dari Salam Pacific Indonesia Lines.

Selain itu, ia juga tergerak dengan kondisi di Indonesia yang notabene merupakan negara dengan food waste terbesar kedua di dunia dengan sampah makanan senilai Rp330 triliun. “Permasalahan lingkungan kita sering menjadi sorotan dan study case di dunia” ujarnya.

Ia menjelaskan, bahwa Surplus awalnya merupakan komunitas kecil yang hadir saat pandemi karena banyaknya makanan yang terbuang. “Kami hadir agar makanan-makanan itu tidak terbuang sia-sia dan dijual flash sale dan affordable sehingga tidak berakhir di TPA,” ungkapnya.

Surplus menjadi aplikasi penghubung antara konsumen dengan pebisnis makanan yang berlebih, dengan penawaran diskon harga 50 persen. Hal ini menjadi win-win solution antara konsumen dan produsen karena konsumen mendapat harga makanan yang murah dan terjangkau dan produsen tidak rugi karena makanannya terbuang sia-sia. “Mindset merchant yang cenderung membuang makanan berlebih menjadi challenge bagi Surplus,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan