JABAR EKSPRES – Kota Bandung duduki peringkat pertama terkait kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Barat. Hingga 1 Desember 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar mencatat telah terjadi 7.268 kasus diidap masyarakat Kota Kembang dengan 29 orang meninggal.
Melansir data Dinkes Kota Bandung, trend kenaikan kasus DBD naik tiga kali lipat dari tahun 2023. Adapun rinciannya yakni 1.865 kasus DBD terjadi di tahun sebelumnya dengan delapan orang meninggal dunia.
Menanggapi hal ini, Kepala Dinkes Kota Bandung, Anhar Hadian menyebut, pihaknya tengah melakukan langkah pengantisipasian lewat penerapan teknologi Nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia.
Dirinya optimis, penerapan teknologi ini akan berjalan sukses menekan angka kasus DBD di Kota Bandung.
BACA JUGARahasia Baterai iPhone Tetap Awet, Begini Cara Merawatnya!
“Kami optimis kegiatan ini bisa berhasil di Kiaracondong sebagaimana yang sudah berjalan di Ujungberung. Respon dari tokoh masyarakat dan aparat kewilayahan sangat positif,” kata Anhar kepada Jabar Ekspres, Senin (2/12)
Adapun terkait melambungnya angka kasus DBD di Kota Kembang, diakui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani berkenaan dengan iklim kemarau panjang yang terjadi di wilayah Indonesia.
Sehingga, hal ini menyebabkan telur nyamuk Aedes Aegypti berproduksi secara baik. Proses tersebut kemudian menjadi penghasil virus dengue yang diidap oleh masyarakat.
“Ketika memasuki musim hujan membuat permukaan air naik, jadi telur yang menempel di dinding itu sekarang teredam air. Telur tersebut menetas jadi nyamuk aedes aegypti dewasa yang menjadi penular virus dengue,” katanya.
BACA JUGA:Realisasi Setoran Tahura Djuanda Capai Rp7,3 Miliar
Maka dari itu, dirinya berharap, seluruh elemen masyarakat bisa meningkatkan level kewaspadaan terkait persebaraan kasus DBD di Kota Bandung.
Menurutnya, langkah mudah yang bisa dilakukan oleh masyarakat yakni memberantas sarang-sarang nyamuk menggunakan bubuk abate yang sudah tersedia di puskesmas terdekat, dan tidak dipungut biaya alias gratis.
“Kami juga mendorong gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik). Masyarakat diharuskan memeriksa ada tidaknya jentik nyamuk di rumah dan lingkungan sekitar. Jika diperlukan, bubuk abate dapat digunakan dan tersedia gratis di puskesmas terdekat,” pungkasnya. (Dam)