JABAR EKSPRES – Banjir yang melanda Kampung Bojong Asih, Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, sejak Kamis (21/11/2024) terus memburuk.
Hingga Sabtu (23/11), ketinggian air mencapai 150-200 cm, merendam seluruh wilayah dari RW 1 hingga RW 14, dan memaksa warga berjuang dengan segala cara untuk bertahan.
Beberapa warga bahkan terpaksa menggunakan perahu untuk bisa beraktivitas dan mengakses titik pengungsian.
Saepuloh (51), salah satu warga setempat, menyatakan bahwa banjir kali ini adalah yang paling parah dalam tiga hari terakhir.
BACA JUGA:Haru Dhani Komit Perkuat Koperasi dengan Permodalan dan Perjuangkan Keringanan Pajak
“Banjir sudah ada sejak Kamis, tapi hari ini, hari ketiga, ketinggian airnya semakin meningkat, mencapai 150 sampai 200 cm,” ujar Saepuloh.
Menurutnya, hampir seluruh area di Bojong Asih, yang mencakup 14 RW, terkena dampak banjir, dan warga kesulitan untuk mendapatkan perbekalan seperti sembako.
Dia juga mengungkapkan bahwa kebutuhan mendesak saat ini adalah sarana evakuasi.
“Saat ini, perahu saja tidak ada, jadi warga kesulitan untuk mencapai titik pengungsian. Kami juga kesulitan mencari sembako karena akses terhambat,” lanjut Saepuloh.
Permasalahan banjir di Dayeuhkolot, menurutnya, sudah berlangsung lama dan belum ada solusi yang efektif.
“Kami sudah mengusulkan dibuatkan folder air, dan akhirnya dua folder dibangun. Tapi setelah itu, banjir tetap saja terjadi. Memang ada perbaikan, tapi tetap tidak cukup,” kata Saepuloh.
Dia menilai bahwa meskipun upaya penanggulangan banjir dengan pembangunan folder sudah dilakukan, hasilnya tidak maksimal.
“Sekarang, banjir malah kembali seperti dulu. Folder yang dibangun tidak memadai untuk menampung air, bahkan kapasitasnya hanya cukup untuk tiga RT. Banjir masih datang lagi dan lagi, seperti yang terjadi sekarang,” keluhnya.
Saepuloh juga menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi ini, mengingat daerah lain di Kabupaten Bandung sudah mulai mengatasi masalah banjir mereka.
“Di Andir, Cieunteung, bahkan Baleendah, sudah ada kolam retensi yang efektif mengatasi banjir. Sementara di Dayeuhkolot, tidak ada solusi sama sekali,” ujarnya.