Jebolnya Saluran Kirmir di Bantaran Sungai Citepus: Sebuah Kisah Tanah yang Terkikis Waktu

Bantaran Sungai Citepus, yang terletak di wilayah yang cukup dikenal di tengah Kota Bandung, menyimpan sebuah cerita lama yang kini kembali mencuat ke permukaan. Seperti cerita tentang sebuah rumah yang hancur karena gerusan alam, begitu pula yang dialami oleh Dede Supena, seorang pria berusia 60 tahun yang tinggal di sana.

Muhamad Nizar, Jabar Ekspres.

JABAR EKSPRES – Rumah yang dihuni sejak tahun 1986 itu, kini hanya tinggal kenangan. Tanah di sekelilingnya sudah terkikis habis oleh derasnya arus sungai. Saluran kirmir yang dulu dibangun untuk menahan derasnya air kini jebol, meninggalkan jejak kehancuran yang tak terelakkan.

Dede mengenang dengan jelas kejadian tersebut. “Bawahnya teh keropos, jadi air itu mengalirnya ke kanan. Terus saja tergerus sama air. Coba mau diperbaiki, bawahnya sudah berlubang, kopong,” ujar Dede kepada Jabar Ekspres di lokasi reruntuhan, pada Senin (18/11).

Saluran kirmir itu—yang dahulu berfungsi mengalirkan air untuk menghindari banjir—sekarang justru menjadi penyebab kehancuran. Dede mengisahkan bagaimana retakan kecil di dinding rumahnya mulai muncul sejak awal tahun 2000-an. “Awalnya retak, dalam rumah itu dikit-dikit retak, retak, gitu,” katanya.

BACA JUGA: Melemahnya Dominasi Angin Monsun Australia jadi Penanda Musim Hujan, BMKG Peringati Ancaman Badai Hidrometeorologi

Namun, yang tak pernah ia duga, retakan itu adalah pertanda dari bencana yang lebih besar. Pada suatu Minggu (18/11) pagi, saat Dede tengah berada di dalam kamar, terdengar suara gemuruh yang sangat keras. Saat ia membuka pintu, ia menemukan istrinya terjatuh ke bawah kali, terbawa oleh longsoran tanah yang ambruk.

“Alhamdulillah, istri saya tidak apa-apa. Cuman rada sulit menaikkannya. Sebisanya saja dengan tangan. Dibantu sama tetangga, jadi empat orang. Tetangga satu lagi ada ke bawah,” cerita Dede.

Meski begitu, ia merasa bersyukur karena insiden tersebut tidak berujung pada tragedi yang lebih besar. Tidak berhenti begitu saja. Setelah kejadian itu, hujan deras datang mengguyur daerah tersebut.

Arus sungai yang semakin deras semakin menggerus saluran kirmir yang sudah rapuh. “Setelah itu, baru air gede pas hujan deras. Jadi kejadiannya enggak ada hujan deras, biasa saja gini. Pas sudah kejadian itu baru hujan deras, air besar, jadi yang ambruk ini langsung terkikis terus-terusan juga sama air,” ungkap Dede dengan wajah yang tampak penuh kelelahan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan