“Satu sapi paling banyak 18 liter per hari. Di sini ada 6 sapi. Sementara perawatan dan pakan saja lumayan belum lagi konsentrat. Kalau saya biasa pakai ampas tahu atau ampas singkong itu satu karung per sapi untuk setiap hari. Harga per karungnya Rp38.000,” kata Titi.
Sementara itu adik kandung Titi juga memiliki kandang perah mili pribadi, Hidayat (52) mengatakan selama ini hasil perahannya selalu dikumpulkan di penampungan yang selanjutnya disalurkan ke KPSBU. Kendati demikian agar susu sapi hasil perahannya bisa diterima oleh satu-satunya koperasi peternak sapi di Lembang itu, dirinya harus memperhatikan kualitas produknya.
“Memang sebanyak apapun susu yang kami perah memang selalu di tampung oleh KPSBU, tapi memang harus yang berkualitas. Kalau tidak susunya tidak akan diterima. Untuk menjaga kualitas susu, ya mulai dari pakan, konsentrat hingga kebersihannya. Hal ini juga diperlukan agar kehigenisan susu bisa terjamin, dan memang kami di sini selalu memerah setelah sapi dimandikan,” katanya.
Disinggung terkait rencana impor susu, Hidayat cemas hal tersebut akan berdampak terhadap penyerapan susu lokal. Sebenarnya ia tidak mempersoalkan langkah tersebut, asal susu hasil peternak di Lembang di utamakan. Hal tersebut juga harus berlaku untuk peternakan-peternakan susu perah se Indonesia.
“Suppliernya di sini hanya ke KPBSU. Tapi bersyukurnya kalau di Lembang masih terserap. Tapi saya khawatir liat di berita susu yang dibuang-buang. Memang kalau disini terjadi hal serupa, susu yang kami perah tak serap semua kami juga pasti bingung,” ungkap Hidayat.
Sementara itu Ketua KPSBU Lembang, Dedi Setiadi mengungkapkan, populasi sapi perah di wilayah Lembang mencapai sekitar 21 ribu ekor dari sekitar 7.500 anggota KPSBU. Adapun produksi susu sapi dari para peternak anggota KPSBU mencapai 116 ribu liter/hari.
Diakuinya, produksi susu yang dihasilkan belum bisa memasok kebutuhan Jawa Barat bahkan nasional. “Kalau untuk cukup, belum. Untuk jumlah koperasi susu di Indonesia ada 63 koperasi dibagi Jabar 16, Jateng 14 dan Jatim 13,” kata Dedi yang juga Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) ini.