JABAR EKSPRES – Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung, Haru Suandharu – Dhani Wirianata mendapat pesan penting untuk memberikan perhatian serius pada sektor pendidikan. Desakan itu disampaikan Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP) Jawa Barat yang juga ikut mendeklarasikan dukungan pada paslon nomor urut 2 itu.
Ketua FMPP Jabar, Ila Setiawati mengungkapkan, biaya pendidikan dan putus sekolah ternyata masih jadi masalah di Kota Bandung. Pihaknya banyak menerima keluhan terkait anak-anak yang terhenti pendidikan nya karena biaya.
Kini momen pilkada. Tentu ia ingin mendesak paslon bisa punya komitmen serius menuntaskan masalah dalam aspek pendidikan itu.
BACA JUGA: Unpak Bogor Rayakan Dies Natalis ke-44 dan Pengukuhan 3 Guru Besar Baru, Capai Akreditasi Unggul
FMPP percaya bahwa pasangan Haru – Dhani punya komitmen serius di sektor pendidikan. “Kami mendukung Kang Haru dan Kang Dhani. Harapan kami bisa bersama-sama menata Kota Bandung ke depannya terutama terkait persoalan pendidikan,” ujarnya selepas deklarasi di Sekber Haru – Dhani, Selasa (12/11).
Ila melanjutkan, selama ini pihaknya terus membantu mereka dan juga menyisir agar tidak ada lagi anak yang tidak bisa bersekolah di Kota Bandung. Tapi upaya itu tentu butuh dukungan dari pihak lain. Tak terkecuali pada pemimpin masa yang akan datang. Ila percaya di kepemimpinan Haru nanti, pihaknya dapat berkolaborasi dengan HD, guna pastikan tidak ada lagi anak yang putus sekolah di tengah jalan.
Di sisi lain, dukungan dari FMPP itu tentu jadi angin segar bagi paslon Haru – Dhani. Dukungan itu mengali di ditengah waktu kampanye yang semakin menyempit. “Kami mengapresiasi dari FMPP yang sudah terbiasa membantu masyarakat, ada rasa kepedulian,” terang Ketua Tim Gabungan HD, Iman Lestariyono.
BACA JUGA: Atasi Kawasan Kumuh, Paslon Dikdik-Bagja Siapkan Rp 51 Miliar Melalui Program PPM Plus
Iman melanjutkan, pesan dari FMPP itu juga jadi masalah penting yang perlu ditindaklanjuti. “Anak-anak Kota Bandung memang tidak semua mampu secara materi. Itu jangan sampai ada yang putus sekolah, intinya begitu. Karena kasus itu kan macam-macam ya, ada yang ekonomi memang kurang, ada yang di tengah jalan orang tuanya meninggal lalu dia tidak bisa melanjutkan di sekolah,” cetusnya.(son)