JABAR EKSPRES – Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali mengalami erupsi pada Sabtu malam (10/11), mengeluarkan kolom abu setinggi 5000 meter.
Erupsi ini disertai lava pijar dan api yang membuat warga sekitar panik serta membunyikan tanda bahaya.
Situasi ini menimbulkan keprihatinan, terlebih karena potensi dampak erupsi yang cukup luas.
Kolom Abu Mengarah ke Barat Daya dan Barat Laut
Gunung Lewotobi Laki-Laki saat ini berada pada status level 6 atau “Awas”. Kolom abu setinggi 5000 meter yang keluar dari puncak gunung tampak berwarna coklat pekat dan condong ke arah barat daya dan barat laut. Masyarakat di sekitar gunung, terutama yang berada dalam radius 7 kilometer dari puncak dan hingga 9 kilometer ke arah barat daya, diminta segera mencari tempat yang lebih aman.
Pihak berwenang juga mengingatkan potensi bahaya lahar dingin apabila terjadi hujan di sekitar wilayah terdampak.
Pengungsian di SDK St. Eputobi dan Tenda BNPB
Sebanyak 8.400 warga dari beberapa kelompok umur, mulai dari anak-anak hingga lansia, saat ini mengungsi di posko darurat yang didirikan di SDK St. Eputobi, Desa Lewoingu, Kecamatan Tiena. Untuk mendukung kebutuhan pengungsi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga membangun tiga tenda tambahan di halaman sekolah tersebut.
Namun, para pengungsi saat ini masih mengalami keterbatasan fasilitas penting, seperti air bersih untuk mandi dan sanitasi, serta penerangan pada malam hari.
Krisis Air Bersih dan Bantuan Kadaluarsa
Tidak hanya terbatas pada fasilitas umum, para pengungsi juga dihadapkan pada masalah lainnya. Kekurangan air bersih menjadi tantangan yang harus segera diatasi, mengingat banyak pengungsi membutuhkan air untuk kebutuhan harian, terutama kebersihan.
Selain itu, bantuan yang diterima pengungsi dinilai kurang memadai karena ditemukan barang-barang kadaluarsa. Beberapa kebutuhan pokok seperti popok bayi, pembalut wanita, dan perlengkapan mandi yang dikirimkan dalam kondisi tidak layak pakai. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi risiko kesehatan bagi para pengungsi.