“Nah empat unsur itu yang arah mata angin tadi, unsur kelimanya diri pesilat. Kalau dalam religiusitas Sunda, opat kalima pancer yang merupakan keterwakilan dari empat hal yang dipercaya jadi cikal bakal diri itu, adalah ketuban, ari-ari, tali pusar, darah, dan diri sebagai unsur kelima atau pancer,” ungkapnya yang kini berada di sebentuk bangunan saung lalu memposisikan duduk di atas kursi dari pahatan kayu pohon.
Kopi hitam disuguhkan oleh pengurus perguruan pencak silat Panglipur Pamager Sari, Nunu yang sudah duduk mulai mengeluarkan sebungkus rokok kretek dari dalam tas genggamnya berwarna hitam.
Langit pancarkan cahaya matahari cukup terang, namun suhu udara di Desa Jayagiri terasa sejuk memeluk tubuh. Perbincangan mengenai filosofis gerakan usik sanyiru padanan dilanjutkan dengan fokus kondisi bela diri pencak silat di masa sekarang.
Nunu mengucapkan, walaupun pencak silat sudah mendunia tapi pemaknaan filosofis yang sudah dilahirkan dan diturunkan oleh leluhur, perlu terus dilestarikan. Melihat kondisi saat ini, para pesilat hanya fokus pada gerakan, mengingat untuk ikut kejuaraan, penilaiannya ada di jurus dan gerakannya bukan filosofis atau pemaknaannya.
“Saya bilang tadi, pencak silat itu ilmu bela diri yang sudah lahir sejak lama, perkembangannya ke sini mengikuti kebutuhan zaman. Sekarang pencak silat sudah banyak diikut sertakan dalam kompetisi atau kejuaraan, jadi gak heran ketika pesilat hanya menguasai gerakan tanpa paham filosofisnya,” ucapnya yang kemudian membakar dan menghisap rokok kretek perlahan.
Nunu berujar, menariknya sistem pertahanan usik sanyiru padanan sudah diakhi oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Momen bersejarah tersebut, dilakukan pada perhelatan perhelatan sidang ke-14 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, yang diselenggarakan di Bogota, Colombia pada tahun 2019 lalu.
Nunu melanjutkan, pada sidang itu, tradisi pencak silat ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Jalan panjang telah dilalui oleh Indonesia melalui kerja keras yang dilakukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), dengan melakukan berbagai promosi dan survei ke Leiden University di Den Haag Belanda.