JABAREKSPRES – Kondisi perekonmian di Jawa Barat saat ini belumlah stabil dan membaik. Hal ini karena kondisi ekonomi tengah mengalami deflasi.
Kepala Disperindag Jabar Noneng Komara Nengsih mengatakan, deflasi telah dialami selama 3 bulan terakhir. Dimana kondisi ini menjadi pertanda buruk bagi perekonomian Jawa Barat jika tidak diantisipasi.
Menurut Noneng, untuk tingkat nasional Deflasi terjadi sejak 5 bulan terakhir. Hal ini ditunjukan karena gairah pertumbuhan dunia usaha yang terus menurun.
Deflasi terjadi karena tingkat daya beli masyarakat mengalami penurunan. Sehingga, harus ditingkatkan dengan membuat berbagi promosi.
Promosi dilakukan dengan memberikan bebrbagai ransangana potongan harga berbagai produk. Khususnya yang dihasilkan di sektor Industri.
Untuk menunjang promosi tersebut, Pemprov Jawa Barat akan menjembatani melalui menggelar berbagai event pameran exspo.
‘’Ini adalah salah satu cara untuk menarik daya beli masyarakat,’’ ujarnya.
Selain itu, pihaknya akan melakukan intevensi dengan operasi pasar atau menjual produk pangan dengan subsidi. Cara ini akan dilakukan sebagai bentuk untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
‘’Operasi Pasar Bersubdisi atau Opadi telah digelar dan berlangsung di beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Barat,’’ ujarnya.
Operasi pasar dilakukan untuk mnejaga stabilitas harga agar tetap terjangkau. Sebab, menjelang akhir tahun biasanya akan mengalami kenaikan karena tingginya permintaan.
Noneng berharap, depfalasi segara ditangani oleh pemerintah dengan berbagai kebijalan. Sebab, jika dibiarkan maka akan berpengaruh pada dunia usaha.
Jika deflasi sudah tidak terkenadali, maka dampaknya akan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja di sektor industri atau dunia usaha.
‘’Tentunya implikasi ini tidak boleh terjadi sebab, di sektor industri saat ini sudah ada yang melakukan PHK terhadap pekerjanya,’’ tutup Noneng.
Untuk diketahui Deflasi disebabkan karena ada penurunan jumlah uang beredar di masyarakat karena cenderung menyimpan uangnya di bank.
Dengan begitu permintaan barang akan berkurang dedangkan sementara produksi tetap berlangsung. Masyarakat cenderung mengurangi konsumsi dan membatasi pembelian karena penurunan daya beli.
Daya beli turun bisa disebabkan karena masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya di bank atau tidak memiliki kemampuan secara ekonomi.