IJTI Galuh Raya Mengutuk Tindakan Kekerasan Terhadap Wartawan di Banjar

“Pelaku sempat mengejar Yulianto, kemudian IVA ini maauk lagi ke ruangan saya bersama Kadisdikbud dan meminta saya untuk menyampaikan kepada Yulianto bahwa dia akan mencarinya,” jelas Cecep.

Setelah insiden tersebut, Yulianto mengaku sering mengalami teror. Dua minggu kemudian, saat ia berencana untuk memantau kembali sekolah yang dibongkar pada Jum’at, (04/10/2024), ia bertemu kembali dengan pelaku. “Ketika Yulianto melanjutkan tugasnya, ia bertemu dengan terduga di sebuah warung dekat sekolah. Selama 30 menit, tidak ada komunikasi antara mereka,” ungkap Cecep.

Namun, saat Yulianto hendak pergi, terduga tiba-tiba menahannya, menariknya hingga terjatuh, dan memukulinya. “Setelah mengalami kekerasan, Yulianto yang sendirian menelepon saya dan menceritakan apa yang terjadi,” tambahnya.

Lantas setelah kejadian pemukulan bertubi-tubi itu, Yulianto kemudian melaporkan tindak kekerasan tehadap Jurnalis itu ke Polres Banjar.

“Kami sudah menerima laporan dan kami sedang menindaklanjuti perkara ini. Kami akan menangani dengan serius aksi dugaan kekerasan terhadap jurnalis yang sedang menjalankan tugasnya ini,” kata Kapolres Banjar AKBP Danny Yulianto.

Kejadian ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh wartawan dalam menjalankan tugas mereka, terutama dalam melakukan investigasi yang penting untuk transparansi dan akuntabilitas. IJTI Galuh Raya menegaskan bahwa tindakan kekerasan terhadap jurnalis tidak dapat ditoleransi dan mendesak aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelaku. (redaksi)

Tinggalkan Balasan