JABAR EKSPRES – Dokter Rayendra, mengungkapkan bahwa aktivitas Nguriling bukan sekadar bagian dari tugas, tetapi merupakan hobi dan kesenangan pribadi yang memberikan kebahagiaan tersendiri.
Sehingga banyak moment-moment indah tercipta ketika Dokter Rayendra melakukan Nguriling.
Nguriling sendiri sama halnya dengan blusukan. Nguriling menjadi aktivitas utama Dokter Rayendra dan Eka Maulana sepanjang kontestasi Pilwalkot Bogor.
Dengan nguruling, mereka merasakan langsung kehidupan warga Kota Bogor.
Utamanya mereka yang tinggal di gang-gang sempit dan perkampungan pinggiran Kota Bogor.
“Saya menjalani kesenangan saya, hobi saya. Jadi Nguriling ini bukan sesuatu yang menurut saya kerja berat. Bagi saya, itu adalah bagian dari kesenangan pribadi—bertemu orang dan jalan kaki,” ujar Dokter Rayendra.
Dokter Rayendra menambahkan bahwa kegiatan Nguriling yang dilakukan tanpa paksaan ini adalah murni ekspresi dari kecintaannya terhadap interaksi sosial dan kegiatan lapangan.
“Makanya, dengan mudahnya saya melakukan acara-acara tersebut tanpa paksaan,” lanjutnya.
BACA JUGA: Harga BBM Nonsubsidi Turun Per 1 Oktober 2024, Pertamax Menjadi Rp12.100
Dokter Rayendra menegaskan bahwa Nguriling ini adalah hobinya. Ia ingin masyarakat tahu bahwa blusukan yang dilakukannya bukanlah beban pekerjaan, melainkan kegiatan yang memberikan energi positif bagi dirinya.
“Saya tidak pernah merasa capek, karena kebahagiaan yang saya dapatkan sesungguhnya adalah ketika saya bertemu orang banyak. Ini menjadi kepuasan tersendiri bagi saya,” ungkapnya.
Ketika ditanya tentang apa yang didapatnya dari Nguriling, Dokter Rayendra menjelaskan bahwa selain kebahagiaan, ia juga dapat memotret kehidupan sehari-hari warga Kota Bogor.
“Saya dapat melihat apa yang menjadi aktivitas warga, kesenangan mereka, harapan-harapan mereka terhadap kota ini,” kata Dokter Rayendra.
BACA JUGA: Ada Pemutihan Pajak Kendaraan di Jawa Barat Mulai 1 Oktober hingga 30 November 2024
Bukan hanya memotret dalam arti literal, ia juga mengamati berbagai aspek lingkungan seperti kondisi jalanan, penerangan, dan titik-titik longsor di Bogor.
“Jadi, kehidupan warga bisa saya potret dan menjadi bekal saya untuk memahami kebutuhan mereka lebih dalam,” tutupnya.