Nanik melanjutkan, hasil panen itu tentu jadi berkah warga sekitar. Lele-lele itu dibagikan kepada warga sekitar. Utamanya kepada keluarga yang membutuhkan dan terutama bagi warga yang memiliki balita dengan kondisi stunting. “Gratis kalau untuk warga yang membutuhkan, apalagi yang untuk balita stunting,” sambungnya.
Oleh warga, lele-lele itu kemudian diolah menjadi berbagai masakan. Ada yang sekedar digoreng, ataupun dipadukan dengan resep makanan berkuah.
Jika panen melimpah, beberapa warga yang dalam kategori mampu juga minat terhadap lele hasil panen itu. Biasanya mereka membeli dengan harga seikhlasnya. Uang yang masuk dari penjualan lele itu dikumpulkan, kemudian diputar untuk beli benih lele baru.
Di sisi lain, lele memang menjadi salah satu produk peternakan yang cukup baik dalam memenuhi gizi masyarakat. Berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) atau Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, ikan lele memiliki beberapa kandungan gizi.
BACA JUGA:Legenda Hidup, Melihat Adu Domba Garud di Babakan Siliwangi
Di antaranya, energi sebesar 92 kkal, lemak total 2,82 g, vitamin A 70 mcg, protein 16,20 g, maupun natrium sebesar 42 mg. Itu dihitung per 100 g berat dapat dimakan.
Stunting Berhasil Ditekan
Lurah Cijagra Kota Bandung Tian Gustian menambahkan, program Buruan Sae itu memang memiliki tujuan salah satunya untuk menekan stunting di masyarakat. Sedikitnya ada 3 titik Buruan Sae yang masih aktif di Kelurahan Cijagra yang sampai saat ini masih aktif. “Memang untuk menekan stunting, tapi tentu juga dikolaborasikan dengan program lain,” jelasnya, Kamis (26/9).
Gustian melanjutkan, memang banyak program yang dijalankan di wilayahnya guna menekan stunting. Termasuk di dalamnya pengelolaan Buruan Sae tersebut.
Program lain seperti Kutus-Kutus yang juga dipelopori ibu-ibu PKK. Lalu ada juga program yang berkolaborasi dengan berbagai stakeholder di wilayah. Mulai dari edukasi, pembinaan, maupun bazar murah.
Gustian menerangkan, berkat berbagai program dan kolaborasi itu, stunting di wilayahnya bisa ditekan. “Sekarang kan sisa 13 balita, sebelumnya ada 25 balita,” ucapnya.
Sementara itu Penjabat Sekretaris Daerah Kota Bandung Dharmawan mengungkapkan bahwa angka stunting di Kota Bandung juga menunjukkan perkembangan positif. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting pada 2018 ada di angka 26,21 persen. Angka itu naik jadi 28,12 pada 2019.