Aplikasi XFA AI Terbukti Scam! Keuntungan Besar Berujung Penipuan

JABAR EKSPRES – Belakangan ini, aplikasi XFA AI semakin populer dengan pesat, menarik banyak anggota baru setiap harinya. Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah aplikasi ini benar-benar aman, atau justru berpotensi menipu seperti aplikasi bodong lainnya yang sudah terungkap? Berikut ini adalah fakta-fakta penting yang perlu Anda ketahui tentang aplikasi ini.

Aplikasi XFA AI terus berkembang dan menarik banyak perhatian masyarakat. Setiap hari, laporan menunjukkan adanya peningkatan jumlah anggota dan aktivitas yang semakin ramai di grup-grup aplikasi ini.

Dalam acara tersebut, para leader di masing-masing daerah mempromosikan keuntungan bergabung dengan aplikasi ini, termasuk menunjukkan piagam sertifikat penghargaan bagi anggota yang berhasil naik level. Tidak jarang, mereka juga membagikan hadiah menarik di setiap daerah.

Baca juga : Dapatkan Saldo DANA Gratis hingga Rp 100 Ribu Hari Ini, 8 September 2024!

XFA AI menawarkan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat. Dengan modal awal sekitar Rp650.000, anggota bisa mendapatkan Rp28.600 setiap hari. Dalam 80 hari, keuntungan yang dijanjikan bisa mencapai Rp2.288.000, belum termasuk komisi dari merekrut anggota baru dan gaji mingguan sesuai dengan tingkatannya.

Sebagai contoh, anggota tingkat dua dengan kontrak 6 bulan mendapatkan gaji mingguan Rp40.000, sedangkan anggota tingkat enam bisa mendapatkan hingga Rp1.000.000 per minggu dengan masa kontrak 5 tahun. Bahkan, anggota yang berhasil mencapai tingkat 7 bisa mengajukan diri sebagai manajer regional di daerahnya.

Target pasar aplikasi ini adalah masyarakat di daerah-daerah yang minim informasi, yang mudah tergiur dengan janji keuntungan besar tanpa kerja keras. XFA AI mengklaim sudah memiliki izin dari AHU, OSS, dan NPWP, membuatnya terlihat semakin resmi dan terpercaya.

Namun, klaim tersebut perlu dicermati lebih dalam, terutama ketika skema keuntungan yang ditawarkan sangat tidak masuk akal.

Meskipun XFA AI memiliki banyak anggota saat ini hampir mencapai 34.000 orang di salah satu grup Telegram jumlah anggota tidak selalu menjadi indikator keamanan. Banyak aplikasi dengan jumlah anggota besar ternyata masih melakukan penipuan, seperti halnya Smart Wallet dan Media Simonida. Semakin banyak anggota, semakin besar potensi kerugian jika aplikasi ini ternyata merupakan skema ponzi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan