JABAR EKSPRES – Pengamat Tata Ruang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Yudi Asep ikut mengomentari terkait perselihan Ojek Online (Ojol) vs Ojek Pangkalan (Opang) yang kembali terjadi di daerah Pasir Impun, Kota Bandung.
Menurutnya, sudah seharusnya pihak regulator yakni Grab, Gojek, Maxim membuat regulasi yang jelas terkait wilayah operasional kerja yang mengatur para driver kendaraan roda empat maupun roda dua.
Diakui Yudi, hal ini guna terjalinnya persaingan sehat antara driver ojol dengen pengemudi opang. Ia menyebut, roda ekonomi ojek pangkalan amat berpangku pada wilayah-wilayah yang tidak sama sekali dilalui transportasi publik.
“Kalau dilihat konflik ini kan sekarang sering sekali terjadi. Di beberapa tempat khususnya Pasir Impun, Sukamiskin, Suka Asih, Cijambe dan seterusnya itu wilayah-wilayah yang menuju keatas belum memungkinkan dilalui transportasi publik, ini yang seharusnya jadi dasar pertimbangan untuk dibuat sebuah regulasi,” katanya kepada Jabar Ekspres, Rabu (11/9).
Dirinya mengungkapkan, pembuataan regulasi bisa berkenaan dengan cakupan soal aturan batas wilayah operasi dan lainnya. Maka dari itu, nantinya timbul kesadaraan dari pihak driver ojol agar tidak menjaring di daerah yang dekat cakupannya dengan para opang.
Mengingat, mobilitas ojol dalam menjaring penumpang lebih luas ketimbang opang yang terbatas di lokasi tertentu.
“Ini penting untuk tidak menimbulkan gesekan-gesekan antara ojol dan opang. Akses jalan ini kan saling terkoneksi, mungkin ojol bisa melalui jalan lain untuk mengantarkan penumpangnya,” ujarnya
“Nah opang ini bisa menjadi penghubung tranportasi masyarakat yang telah menggunakan transportasi publik. Jadi contohnya kaya Pasir Impun, areal jalan dan sekitarnya itu tak boleh ada pengemudi ojol yang nongkrong atau lewat,” tambahnya
Disisi lain, merujuk pada poin keempat kesepakatan antara opang dan ojol yang sebelumnya telah di mediasi di Kecamatan Mandalajati. Yang mana tertulis tentang Pihak pengelola aplikasi ojek online memberikan edukasi dan fasilitasi bagi ojek pangkalan yang akan mendaftar sebagai ojek online.
Menurutnya, pemecahan solusi agar para opang bergabung menjadi driver online bukan cara memecahkan masalah.
“Memang persaingan tidak bisa dihindari, tapi beberapa di antaranya (pengemudi ojek) ada keluarga kita yang butuh kerja, belum lagi terkendala spek motor yang gak sesuai dengan aturan berlaku di tiap perusahaan ojol. Ini kan yang jadi masalah,” ungkapnya