Seminggu Kerap Full Macet, Pakar Sebut Lalu Lintas Gedebage Masuk Kategori Jenuh

JABAR EKSPRES  – Tak sedikit pengguna jalan yang kerap mengeluhkan terkait kemacetan yang hampir setiap hari terjadi di wilayah Gedebage, terkhusus jalan yang menjadi lintasan guna menuju kawasan Summarecon maupun wisata religi yakni Masjid Raya Al Jabbar.

Pasalnya, hampir setiap hari jalan tersebut dipadati kendaraan mulai dari truk peti kemas, angkutan umum, mobil pribadi, bus, hingga kendaraan roda dua. Belum lagi jalan yang tergolong kecil hingga tak sanggup menampung banyaknya volume kendaraan.

Diakui warga yang berdomosili di Kelurahan Babakan Penghulu, Ceuceu (36) menyebutkan, segala upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mulai dari pelebaran jalan hingga rekayasa lalu lintas (Lalin) yang diberlakukan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Kembang tak berdampak signifikan.

“Hampir tiap hari macet, apalagi siang ke sore di sekitaran jalan yang menuju rel kereta api pasti macet. Pelebaran jalan pun gak berdampak sama sekali,” katanya kepada Jabar Ekspres, Rabu (28/8)

Dengan demikian, Pemerhati transportasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Fakultas FPTK, Wikutama menyebut, masih terjadinya kemacetan di kawasan Gedebage berkenaan dengan arus lalu lintas yang masuk dalam kategori jenuh.

Diakuinya, penumpukan kendaraan terjadi imbas tak adanya alternatif lain guna menuju pusat keramaian yang ada di wilayah Gedebage.

“Gedebage itu sedikit alternatif jalan, tapi banyak pusat keramaian yang terpusat di satu titik. Ada kereta cepat, GBLA, Al Jabbar, Summarecon. Nah ini yang jadi masalah, sehingga menyebabkan arus lalu lintas ini jenuh, mau jalan diperlebar atau digimanapun bakal tetap macet,” katanya

Menurutnya, penguraian kemacetan bisa dilakukan apabila keluar regulasi terkait mekanisme kendaraan yang melintas di kawasan tersebut. Misal, kategori terkait jam kendaraan bagi mobil-mobil besar.

“Dominasi truk-truk besar kan kental di kawasan tersebut, mulai dari peti kemas, truk proyek, hingga hal lain. Nah mungkin hal ini bisa dijadikan dasar oleh Pemkot Bandung soal pengeluaran kebijakan terkait pengaturan jadwal, jam terkait boleh atau tidaknya truk-truk besar ini melintas di kawasan tersebut,” ujarnya

“Atau mungkin memberikan sosialisasi bagi kendaraan roda maupun empat terkait akses mana saja yang bisa dilalui ke pusat keramain tersebut, sehingga penumpukan gak terjadi di satu titik,” tambahnya

Writer: Sadam Husen

Tinggalkan Balasan