IKN, Tantangan dan Peluang Pusat Pemerintahan Masa Depan Indonesia

Integrasi aspek kunci

Dari perspektif perencanaan kota, IKN dirancang sebagai smart city yang memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas hidup warganya.

Tommy Firman menekankan perlunya integrasi tata ruang, infrastruktur transportasi dan kebutuhan sosial. IKN diharapkan menjadi kota masa depan yang berkelanjutan, tanpa mengorbankan lingkungan dan budaya lokal.

Ia juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara pembangunan fisik dan pelestarian budaya, serta perlunya perencanaan untuk menghadapi tantangan seperti perubahan iklim dan urbanisasi cepat.

“Tantangannya adalah, seberapa bergeser tujuan untuk memiliki ibu kota baru. Memindahkan dan membangun ibu kota itu untuk ibu kota yang single function atau membangun kota baru yang multifungsi? Kota baru yang multifungsi itu cenderung mendorong terciptanya kota metropolitan seperti Jakarta, tentu dengan skala dan intensitas yang lebih kecil. Selain itu, bagaimana dengan pengembangan wilayah regional di sekitar IKN dan apa yang akan dilakukan dengan Jakarta setelah tidak lagi menjadi ibukota?” kata Tommy dalam pembahasan buku IKN setebal 257 halaman itu.

Sedangkan Wali Kota Bogor (2014-2024) Bima Arya Sugiarto mengemukakan bahwa pemindahan ibu kota akan mengubah struktur sosial di Kalimantan Timur dan Jakarta. Oleh karena itu, rekayasa sosial sebagai komponen kunci dalam proyek ini.

Keberhasilan IKN bergantung pada kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan perubahan. IKN diharapkan menjadi simbol kota modern yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan inklusif, serta memberikan dampak positif pada pergerakan kota-kota menuju kota yang lebih manusiawi dan membangun peradaban.

“IKN adalah simbol kota modern yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan inklusif. Pembangunan akan memberikan dampak bagi pergerakan kota-kota menuju kota untuk semua, memanusiakan manusia, membangun peradaban. Tidak saja membangun infrastruktur, tapi juga kultur, tidak hanya pada aspek politiknya ,” tandasnya

Sementara itu, panelis Edriana Noerdin menyoroti dampak pembangunan IKN terhadap lingkungan, terutama di kawasan yang dianggap sebagai paru-paru dunia. Pentingnya kajian komparatif, pelibatan masyarakat adat, dan penyelesaian masalah tanah adat sangat penting. Dia juga menekankan mobilisasi manusia ke IKN dan dampak jejak karbonnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan