JABAR EKSPRES – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap, pada kemarau 2024 ini, terdapat sejumlah perbedaan zona musim (ZOM) di wilayah di Provinsi Jawa Barat.
Perbedaan ZOM tersebut membuat puncak musim kemarau tak terjadi secara bersamaan. Bahkan beberapa daerah termasuk Kabupaten Bandung, masih perlu mewaspadai ancaman kekeringan.
Pasalnya, meski tahun ini termasuk kategori kemarau basah alias hujan terkadang mengguyur, namun potensi kekeringan cukup menghantui.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, puncak kemarau di wilayah Jawa Barat terjadi tidak bersamaan.
“Puncak musim kemarau 2024 diprediksi pada umumnya terjadi pada bulan Juli sebanyak 21 ZOM (51%), pada bulan Agustus sebanyak 18 ZOM (44%), dan pada bulan Juni sebanyak 2 ZOM (5%),” katanya kepada Jabar Ekspres melalui seluler, Minggu (25/8).
BACA JUGA: DPRD Kota Bogor Setujui APBD Perubahan 2024, Berikan Beberapa Catatan Kritis Untuk Pemkot Bogor
Rahayu menerangkan, perbedaan puncak kemarau tak sebatas berbeda ZOM saja, melainkan juga membuat suhu udara yang berbeda setiap daerah.
“Berdasarkan data analisis BMKG di Stasiun Meteorologi Kertajati, suhu maksimum di Bulan Agustus tercatat pada rentang 32.8 hingga 35.5 derajat celcius,” terangnya.
Mengingat saat ini termasuk dalam kategori kemarau basah untuk beberapa daerah, sehingga guyuran hujan terkadang dapat membasahi sedikit tanah.
Diketahui, fenomena kemarau basah ini disebabkan oleh gangguan dinamika atmosfer skala regional. Gangguan ini menyebabkan pengumpulan awan hujan yang terus meningkat di sejumlah wilayah.
Kendati demikian, meski hujan berpotensi turun masyarakat tetap harus berhemat air dan menggunakan air secara bijak. Selain itu, warga juga perlu waspada terhadap potensi bencana kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
BACA JUGA: Inovasi IPB University Ciptakan Alat Ukur Hemoglobin Tanpa Suntik
Rahayu atau akrab disapa Ayu menjelaskan, apabila melihat data terbaru per 20 Agustus 2024, terdapat di beberapa wilayah Provinsi Jawa Barat masuk kategori waspada hingga siaga kekeringan.
“Perlu diwaspadai dan diantisipasi juga, paparan sinar matahari erat kaitannya dengan sinar UV pada musim kemarau,” jelasnya.
Ayu mengimbau, agar masyarakat dapat mengenakan pelindung ketika beraktivitas di luar ruangan, seperti memakai pakaian panjang hingga pelembab untuk melindungi kulit, dari risiko paparan langsung sinar matahari.