Curhat di Medsos, Apakah Termasuk Dosa Karena Tidak Bisa Menjaga Lisan?

JABAR EKSPRES – Di era media sosial yang bisa diakses oleh semua kalangan dan semua usia, membuat medsos menjadi sarana curhat paling praktis. Namun apakah curhat di media sosial bisa menjadi dosa karena tidak bisa menjaga lisan?

Hal ini menjadi kekhawatiran banyak orang, lantaran banyak yang akhirnya terjerumus pada dosa dan maksiat gara-gara curhat di medsos.

An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullahu Ta’ala berkata:

اعلم أنه لكلّ مكلّف أن يحفظَ لسانَه عن جميع الكلام إلا كلاماً تظهرُ المصلحة فيه، ومتى استوى الكلامُ وتركُه في المصلحة، فالسنّة الإِمساك عنه، لأنه قد ينجرّ الكلام المباح إلى حرام أو مكروه، بل هذا كثير أو غالب في العادة، والسلامة لا يعدلُها شيء

“Ketahuilah bahwa hendaknya setiap mukallaf menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang memang tampak ada maslahat di dalamnya. Ketika sama saja nilai maslahat antara berbicara atau diam, maka yang dianjurkan adalah tidak berbicara (diam). Hal ini karena perkataan yang mubah bisa menyeret kepada perkataan yang haram, atau minimal (menyeret kepada perkataan) yang makruh. Bahkan inilah yang banyak terjadi, atau mayoritas keadaan demikian. Sedangkan keselamatan itu tidaklah ternilai harganya.” [Al-Adzkaar, hal. 284]

Baca juga : Bahaya Mendengar Musik Menurut Kisah Perawi Hadist, Dan Bacaan Doa Agar Terhindar dari Dosa

Dari pernyataan diatas ada korelasi dengan fenomena yang terjadi saat ini, dimana orang banyak yang membagikan curhatannya bahkan aib keluarga hingga saudara di media sosial, yang bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak ada manfaatnya.” [HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976, shahih]

Menjaga diri dari berbicara atau menuliskan curhatan di Story, feed, postingan atau bahkan komentar yang tidak jelas manfaatnya sangat berpotensi menimbulkan dosa.

Kita tidaklah berbicara kecuali dalam hal-hal yang memang kita berharap ada manfaat untuk agama (diin) kita.

Ketika kita melihat bahwa suatu perkataan itu tidak bermanfaat, maka kita pun menahan diri dari berbicara (alias diam).

Dilansir dari tulisan Ustadz M. Saifudin Hakim hafidzahullah, menyebutkan Ulama terdahulu mengatakan bahwa jika kita ingin melihat isi hati seseorang, maka lihatlah ucapan yang keluar dari lisannya.
Ucapan yang keluar dari lisan seseorang akan menunjukkan kepada kita kualitas isi hati seseorang, baik orang itu mau mengakui ataukah tidak.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan