Kurt Cobain Dapat Julukan Aneh di Museum Seattle, yaitu Sebutan ‘Un-alived’

JABAR EKSPRES – Sebuah plakat di Museum of Pop Culture, Seattle, yang merefleksikan mendiang Kurt Cobain, vokalis Nirvana, telah memicu perdebatan sengit di kalangan pengunjung dan pengguna media sosial. Plakat tersebut menampilkan frasa “Kurt Cobain un-alived himself at 27”, yang merujuk pada kematian tragis sang musisi pada usia muda.

Istilah “un-alived” pertama kali populer di TikTok sebagai cara untuk menghindari sensor ketika membahas kematian, terutama bunuh diri. Frasa ini kemudian mulai digunakan secara offline sebagai istilah yang lebih halus untuk merujuk pada kematian, dengan tujuan menghindari ketidaknyamanan atau kepekaan terhadap subjek tersebut.

Namun, saat frasa ini digunakan dalam konteks plakat Kurt Cobain di museum, banyak pengunjung yang merasa terkejut dan terganggu. Foto plakat tersebut mulai beredar di media sosial sejak awal Mei, dan banyak yang berpendapat bahwa penggunaan istilah tersebut tidak menghormati warisan Cobain. Mereka merasa bahwa kata tersebut menghindari pembicaraan langsung tentang bunuh diri, topik yang sensitif namun penting.

Adam Aleksic, seorang ahli bahasa yang meneliti bagaimana anak muda berbicara di dunia digital, menyatakan bahwa ia tidak terkejut melihat frasa “un-alived” digunakan dalam museum. Menurutnya, ini adalah contoh pertama dukungan formal terhadap istilah tersebut oleh institusi resmi, meskipun sudah lama digunakan oleh anak muda secara online.

Tanggapan museum terhadap kontroversi ini tidak kalah menarik. Pihak museum mengklaim bahwa plakat tersebut telah diubah oleh seorang pengguna X, yang menggantinya dengan tulisan “Kurt Cobain meninggal karena bunuh diri”. Plakat versi asli yang sudah diubah ini kemudian menyebar secara online, menambah keruh suasana.

Beberapa pengunjung juga melaporkan adanya plakat lain di dekatnya yang menjelaskan bahwa frasa “un-alived” dipilih oleh kurator tamu sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang secara tragis kehilangan nyawa akibat perjuangan kesehatan mental.

Aleksic menambahkan bahwa penggunaan frasa ini memang berpotensi menyinggung perasaan banyak orang, mengingat bunuh diri adalah topik yang sangat sensitif. Cobain, sebagai seorang publik figur yang dicintai, memiliki pengaruh besar, dan kematiannya yang tragis telah dipublikasikan secara luas. Selain itu, Cobain dikenal menulis secara mendalam tentang depresi, kematian, dan kekerasan seksual, sehingga banyak penggemar yang merasa istilah tersebut kurang tepat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan