Menurutnya, terdapat sejumlah faktor di balik Airlangga mengambil keputusan tersebut, di antaranya terpaksa serta adanya gejolak internal di tubuh Partai Golkar.
“Mundurnya Airlangga dari posisi Ketua Umum Golkar bagi sebagian orang mengejutkan bagi sebagian orang tidak mengejutkan,” katanya saat dikonfirmasi.
“Dibilang mengejutkan bahwa kondisinya sedang di posisi mau Pilkada bahwa (27 Agustus 2024) mau pendaftaran calon Kepala Daerah. Bahwa Partai Golkar didorong untuk segera mendorong nama yang diusung melalui Golkar dalam bentuk rekomendasi,” tambahnya.
BACA JUGA: Bank Indonesia Buka Loker Melalui PCPM 2024, Cek Link Daftarnya
Selain gejolak internal, Arlan juga menilai, adanya pihak luar yang mengincar posisi kursi Ketum Partai Golkar. Hal ini juga menjadi salah satu yang mempengaruhi situasi di internal partai berlambang pohon beringin tersebut. Meskipun alasan Airlangga mengundurkan diri yakni mempertimbangkan soliditas di dalam jajaran Partai Golkar.
“Tidak mengejutkan karena kondisi pak Airlangga ini sudah di incar sejak satu tahun yang lalu. Jadi (mundurnya Airlangga) bukan hal yang mengejutkan. Sudah menjadi sesuatu yang tidak mengejutkan sejak awal. Walaupun dilihat dari alasannya pa Airlangga ini demi soliditas partai,” tuturnya.
Airlangga juga diterpa kasus dugaan korupsi pemberian fasilitas ekspor minyak sawit mentah atau bahan baku minyak goreng. Airlangga, yang juga Menteri Koordinator Perekonomian itu juga sudah diperiksan oleh Kejaksaan Agung pada Juli 2023.
“Nah ketika Airlangga dianggap gagal di Pilpres kemudian persoalan Sawit juga masih menjadi buruan dan Airlangga terus didorong internal untuk itu. Saya melihat ada pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan di Golkar. Nah ada yang memanfaatkan kondisi di Golkar saat ini,” sambungnya.
BACA JUGA: 10 Objek Wisata Alam Paling Indah di Jawa Barat yang Legendaris Sampai Sekarang
Meski demikian, Arlan tak menampik mundurnya Airlangga dari posisi ketum sebagai wadah presiden Joko Widodo pasca purnatugas mendatang. Mengingat ada gerbong pemerintah di internal partai Golkar.
“Kalau bicara desakan emang Jokowi sudah diisukan akan masuk di lingkaran Golkar. Entah Jokowi atau Golkar sudah didorong masuk kesana. Tapi intensitas di internal juga cukup tinggi dan cukup keras,” katanya.