Mengenal Hasad dan Bentuknya, Jangan Sampe Memiliki Sifat yang Satu Ini

ILUSTRASI sifat hasad dalam diri manusia. (Freepik)
ILUSTRASI sifat hasad dalam diri manusia. (Freepik)
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Sifat Hasad kadang tidak disadari dimiliki oleh seseorang dalam hatinya. Namun tanda-tandanya sesungguhnya tampak nyata dalam perilaku kesehariannya.

“Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang dihasad.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:111).

Sikap hasad ini tidak boleh dipelihara karena bisa merusak hati juga merusak hubungan silaturahmi.

Baca Juga:Seniman dan Budayawan “Ti Imah Urang keur Bandung” Deklarasikan Beri Dukungan untuk Muhammad FarhanHadiri DIes Natalies, Herman Suryatman Berharap Unwim Cetak Banyak Calon Pemimpin Pertanian

Beberapa bentuk dari hasad ini bisa dilihat dari uraian dibawah ini:

1. Berkeinginan nikmat yang ada pada orang lain hilang meski tidak berpindah padanya. Orang yang hasad lebih punya keinginan besar nikmat orang lain itu hilang, bukan bermaksud nikmat tersebut berpindah padanya.

2. Berkeinginan nikmat yang ada pada orang lain hilang lalu berkeinginan nikmat tersebut berpindah padanya.

Misalnya, ada wanita cantik yang sudah menjadi istri orang lain, ia punya hasad seandainya suaminya mati atau ia ditalak, lalu ingin menikahinya.

Atau bisa jadi pula ada yang punya kekuasaan atau pemerintahan yang besar, ia sangat berharap seandainya raja atau penguasa tersebut mati saja biar kekuasaan tersebut berpindah padanya.

Tingkatan hasad kedua ini sama haramnya namun lebih ringan dari yang pertama.

3. Tidak punya maksud pada nikmat orang lain, namun ia ingin orang lain tetap dalam keadaannya yang miskin dan bodoh. Hasad seperti ini membuat seseorang akan mudah merendahkan dan meremehkan orang lain.

Baca Juga:7 Ide Konten Agustusan Seru Untuk Upload di Sosial Media, Agar FYP dan Tambah Banyak Follower120 Peserta Kerja ke Jepang Digembleng Pelatihan Bahasa dan Budaya

4. Tidak menginginkan nikmat orang lain hilang, namun ia ingin orang lain tetap sama dengannya.

Jika keadaan orang lain lebih dari dirinya, barulah ia hasad dengan menginginkan nikmat orang lain hilang sehingga tetap sama dengannya. Yang tercela adalah keadaan kedua ketika menginginkan nikmat saudaranya itu hilang.

5. Menginginkan sama dengan orang lain tanpa menginginkan nikmat orang lain hilang.

Inilah yang disebut dengan ghibthoh sebagaimana terdapat dalam hadits berikut.

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

0 Komentar