“Bahkan area yang sulit dijangkau seperti mata pun bisa mendapat treatment. Apakah tak boleh ketemu orang, tak ada pantangan juga, bisa beraktivitas sehari-hari. Untuk krim pun cukup krim dasar saja untuk perawatannya,” jelasnya.
Sedangkan menurut dokter spesialis estetika, dr Panji Respati, SpDVE mengatakan, injeksi DNA Salmon belakangan memang cukup diminati terutama dalam menjawab persoalan kulit seperti kerutan, jerawat, kulit kering, pori-pori besar hingga flek.
Dengan struktur DNA yang nyaris sama dengan manusia, pola injeksi itu disebut nyaris tanpa efek samping.
“Memang seperti serem ya tapi sepanjang ditangani ahlinya, itu memang memberikan hasilnya bagi kesehatan kulit,” jelas dr Panji.
Dengan kemampuan scaffold structure, DNA Salmon itu mampu menjadi penopang tampilan kulit lebih kencang dan menjawab atas keluhan kerutan halus yang berkurang, dan mengecilkan atau meminimalisasi ukuran pori.
dr. Panji mengakui sensasi suntik tersebut. Belum lagi ada masa pemulihan pasca penyuntikan. Tapi hasilnya, tegasnya, bisa langsung dirasakan.
“Istilahnya ada bentol sultan, tapi setelahnya efeknya, kulitnya cerah karena ini tergantung metabolisme. Karena bisa juga itu hanya butuh 4 hari saja setelah itu sudah kinclong,” tuturnya.
Sementara itu, Head of Aesthetics for idsMED Indonesia, Marisa Theresia yang turut hadir menyatakan bahwa market klinik kesehatan kulit makin berkembang terlebih tak hanya kaum hawa saja yang ingin tampil lebih baik lagi tapi juga kalangan pria.
“Tapi persoalannya kemudian adalah bagaimana konsistensi klinik itu dalam memberikan pelayanannya. Bukan apa-apa klinik memang menjamur yang konsisten itu terbatas, di Tivaza Clinic,” katanya.
Klinik-klinik estetika itu pun diharapkan tak hanya sekadar produk layanan tapi juga kualitas yang menyertainya termasuk edukasi.
“Dengan market yang makin berkembang, hal itu merupakan kunci terutama dalam mengambil market yang makin luas. Tak hanya Bandung, tapi juga kota-kota lainnya,” pungkas Marisa. (*)