JABARESKPRES – Masyarakat kelas menengah di Indonesia, saat ini kondisinya sedang dalam kondisi terpuruk. Bahkan akan jatuh miskin.
Banyak dari masyarakat kalangan menengah akhirnya menguras tabungan dan terjerat pinjaman untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan data indeks keyakinan konsumen ( IKK ) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia menunjukan, cicilan pinjaman yang dilakukan oleh masyarakat kalangan menengah cenderung mengalami peningkatan.
Untuk masyarakat yang memiliki pengeluaran Rp 1-2 juta per bulan porsi cicilan dari pendapatan mengalami peningkatan sebesar 7,3 persen.
Sedangkan untuk kelompok yang memiliki penghasilan Rp 2 sampai dengan 3 juta perbulan porsi cicilan malah naik menjadi 10 persen. Begitupun untuk warga yang memiliki pendapatan Rp 3,1 sampai Rp 4,1 juta perbulan, porsi cicilan naik menjadi 11,2 persen.
Sedangkan lonjakan porsi cicilan yang paling drastis adalah dialami oleh kelompok masyarakat yang memiliki penghasilan Rp 4,1 juta sampai Rp 5 juta naik menjadi 12,9 persen.
Sedangkan golongan masyarakat yang memiliki penghasilan Rp 5 juta ke atas porsi cicilan meningkat menjadi 13,9 persen.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty menilai, untuk golongan kelas menengah kebutuhan hidup dirasakan semakin tinggi.
Selain mengandalkan dari pendapatan bulanan, Masyarakat kelas menengah juga terhgntung pada pinjaman demi menutupi kekurangan kebutuhan hidup.
Jika ditelaan, masyarakat kalangan menengah ini memiliki tren penurunan tabungan atau simpanan. Tapi sebaliknya pinjaman mengalami peningkatan.
‘’Jadi untuk kalangan masyarakat menengah ini kondisi ekonomi keluarga dipastikan mengalami tekanan,’’ ujar Telisa.
“Jadi kondisi rumah tangga memang tertekan,” kata dia melanjutkan.
Telisa menilai, keterpurukan masyarakat kelompok menengah ini diakibatkan dari kenaikan kebutuhan hidup yang semakin tinggi.
Kelas menengah kemudian mengambil alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan pinjaman. Lebih parahya lagi, banyak dari kelompok menengah tidak mampu untuk mengembalikan pijaman itu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan terungkap, banyak kalangan masyarakat menengah mengalami kesulitan untuk membayar cicilan motor.
Hal ini ditunjukan dari data pembiayaan yang bermasalah di lembaga pembiayaan mengalami kenaikan cukup signifikan. Sedangkan pertumbuhan pembiayaan mengalami perlambatan.