JABAR EKSPRES – Atlet anggar Koki Kano menjadi pemegang medali emas nomor epee tunggal putra Olimpiade pertama asal Jepang, ketika ia menaklukkan wakil tuan rumah Prancis Yannick Borel dengan skor 15-9 di final pada Minggu setempat atau Senin dini hari WIB.
Pada Olimpiade Tokyo 2020, Kano memenangi medali emas untuk nomor beregu putra. Namun bagi Prancis, ini merupakan malam kedua secara beruntun ketika mereka harus melihat atletnya hanya mendapatkan medali perak, setelah Auriane Mallo-Breton kalah di final nomor epee tunggal putri pada Sabtu (27/7).
“Saya sangat gembira bisa memenangi ajang tunggal. Tiga tahun silam di Tokyo (Olimpiade 2020), saya memenangi medali emas, tetapi itu adalah ajang beregu,” kata Kano seperti dikutip dari Antara, Senin (29/7/24).
BACA JUGA : Tiga Atlet Badminton Indonesia Siap Berlaga Hari Ini di Olimpiade Paris 2024
“Saya ingin datang ke sini dan mendapatkan medali emas di nomor tunggal, dan saya melakukannya,” tambahnya.
Final tunggal putra terbukti menjadi pertarungan yang berat sebelah, meski Borel didukung oleh 9.000 penonton yang memadati Grand Palais.
Teriakan “Yannick, Yannick!” bergema ketika Borel muncul di balkon untuk menemui lawannya, sebelum memasuki panggung laga.
Kano berhasil mengungguli wakil tuan rumah, tetapi Borel sempat beberapa kali mengimbangi sebelum atlet Jepang itu membuka keunggulan 8-4.
Penonton berusaha membakar semangat Borel dengan menghentakkan kaki mereka ke lantai, tetapi Kano menegaskan dominasinya pada kedudukan 12-6 dan jarang mendapat kesulitan sebelum ia akhirnya mengamankan kemenangan.
Atlet Mesir Mohamed Elsayed menaklukkan Tibor Andrasfi asal Hungaria untuk memenangi medali perunggu. Ia merayakannya dengan berlari di arena pertarungan sambil mengibarkan bendera Mesir.
Pada nomor foil putri, juara bertahan asal AS Lee Kiefer menaklukkan rekan senegaranya Lauren Scruggs dengan skor 15-6.
Kiefer jarang direpotkan Scruggs saat ia memenangi gelar indidivual keduanya secara beruntun.
“Tidak peduli seberapa banyak saya berusaha untuk mempersiapkan diri, tetap ada begitu banyak tekanan yang saya letakkan di bilah anggar dan berusaha tetap hadir di sini,” ucapnya.
“Setiap hari seperti wahana roller coaster, tetapi saat ini kami mampu berada di puncak,” tambah Kiefer.