JABAR EKSPRES, Bandung – Perkembangan perekonomian sampai dengan 30 Juni 2024, ekonomi global masih dibayangi ketidakpastian. Geopolitik masih menjadi faktor risiko terbesar antara lain meningkatnya konflik dan friksi antarnegara (perang di Ukraina, krisis Timur Tengah, dan friksi antara AS dan Tiongkok). Selain itu, maraknya kebijakan industri global, peningkatan jumlah sanksi dan restriksi dagang, serta melemahnya peran institusi global.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bagian Umum DJPb Jabar, Giri Susilo dalam keterangan resmi terkait Kinerja APBN regional Jawa Barat periode sampai dengan 30 Juni 2024.
Giri menuturkan, Inflasi domestik di wilayah Jawa Barat bulan Juni terkendali, sebesar 2,38 persen (yoy) atau – 0,04 persen (mtm) dan 1,11 persen (ytd), dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,77.
“Penyumbang utama inflasi yoy di antaranya adalah komoditas beras, emas perhiasan, sigaret kretek mesin, daging ayam ras, dan cabai merah. Inflasi yoy di Kota Bekasi merupakan yang tertinggi di Jawa Barat (2,92 persen), sedangkan yang terendah di Kota Cirebon (1,43 persen),” tuturnya.
Sementara itu, neraca perdagangan Jawa Barat bulan Mei masih melanjutkan surplus sebelumnya, di angka USD2,23 miliar. Nilai ekspor tercatat USD 3,34 miliar atau tumbuh 33,55 persen (mtom), sementara impor mencapai USD1,11 miliar atau tumbuh 18,12 persen (mtom).
“Indikator Tingkat kemiskinan di Jawa Barat kondisi Maret 2024 dibanding Maret 2023 membaik. Penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 7,46 persen, turun 0,16 persen dibanding Maret 2023. Dengan jumlah penduduk miskin sebesar 3,85 juta orang, turun 39,93 ribu orang,” jelas Giri.
Gini Ratio Maret 2024 sebesar 0,421, termasuk kategori ketimpangan sedang. Gini Ratio pada wilayah perkotaan lebih tinggi daripada perdesaan.
NTP dan NTUP Jawa Barat naik akibat semua subsektor alami kenaikan. NTP bulan Juni sebesar 109,9 sementara NTN sebesar 112,65. Indeks Harga diTerima Petani (It) 131,16, Indeks Harga diBayar Petani (Ib) 119,27, dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) 116,10.
Perkembangan APBN sampai 30 Juni 2024
APBN Kembali mencatatkan surplus sebesar Rp14,153 miliar dengan total pendapatan sampai 30 Juni 2024 mencapai Rp74,57 triliun (45,57 persen) sementara total belanja mencapai Rp60,42 triliun (48,70 persen).