JABAR EKSPRES – Pada hari Jumat (19/7/24), berbagai layanan penting, mulai dari maskapai penerbangan hingga perbankan, mengalami gangguan besar akibat gangguan sistem Microsoft Windows down.
Masalah ini mungkin memerlukan waktu berhari-hari untuk diselesaikan sepenuhnya.
Masalah ini dipicu oleh pembaruan perangkat lunak dari perusahaan keamanan siber global, CrowdStrike, yang menyebabkan sistem Microsoft down.
CEO CrowdStrike, George Kurtz, mengungkapkan bahwa ada cacat dalam pembaruan konten tunggal untuk host Windows yang memengaruhi pelanggan Microsoft.
Baca Juga:Viral Jukir Tewas Usai Baku Hantam dengan Kang Galon di Jakarta, ini FaktanyaVarian Rasa Roti Aoka yang Kini Viral Diduga Pakai Bahan Pengawet Berbahaya
“Kami sangat menyesal atas dampak yang kami timbulkan kepada pelanggan, pelancong, dan siapa pun yang terpengaruh, termasuk perusahaan kami,” kata Kurtz.
Gangguan ini menunjukkan ketergantungan yang semakin besar pada perusahaan teknologi terhubung selama dua dekade terakhir, yang diperparah oleh pandemi Covid-19.
CrowdStrike, yang memiliki lebih dari 20.000 pelanggan di seluruh dunia, termasuk Amazon dan Microsoft, menjadi sorotan dalam kejadian ini.
Beberapa analis industri mempertanyakan apakah kendali atas perangkat lunak yang sangat kritis secara operasional ini harus tetap berada di tangan beberapa perusahaan saja.
Gangguan ini juga menimbulkan kekhawatiran bahwa banyak organisasi tidak siap menghadapi situasi darurat ketika sistem IT atau perangkat lunak mereka mengalami kerusakan.
Presiden AS Joe Biden diberi pengarahan tentang gangguan tersebut. Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan bahwa menurut pemahamannya, gangguan tersebut bukan serangan jahat.
Namun, Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS mencatat bahwa peretas memanfaatkan gangguan tersebut untuk aktivitas phishing dan kejahatan lainnya.
Baca Juga:Rundown dan Jalur Pocari Run Bandung 2024 Hari Minggu 21 Juli 2024Trading Crypto Modal Rp100 ribu, Apakah Mungkin?
Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) melaporkan mengalami penundaan pemrosesan dan bekerja untuk mengurangi dampaknya terhadap perdagangan dan perjalanan internasional. Kementerian Luar Negeri Belanda dan Uni Emirat Arab juga melaporkan gangguan.
Gangguan ini berdampak luas, termasuk pembatalan dan penundaan penerbangan, gangguan layanan perbankan, dan masalah pada penyedia layanan kesehatan.
