Ini Alasan Kenapa Sebaiknya Memperbanyak Puasa Sunnah di Bulan Muharram

JABAR EKSPRES – Bulan Muharram atau bulan Suro bagi sebagaian orang khususnya di masyarakat jawa menjadi bulan yang menakutkan, karena dipercaya sebagai bulan dibukanya pintu gerbang neraka sehingga banyak kejadian buruk akan menimpa selama bulan ini.

Keyakinan tersebut hingga kini masih ada yang mempercayainya, sehingga banyak yang larangan melakukan sesuatu pada bulan ini.

Padahal dalam pandangan Islam, bulan muharram merupakan bulan yang istimewa. Saking istimewanya Rosulullah bahkan menyebutnya sebagai Syahrullah atau Bulan Allah.

Baca juga : Mengenal 3 Tingkatan Puasa Asyura, Benarkah Ada Anjuran Puasa 11 Muharram?

Keistimewaan bulan ini salah satunya adanya anjuran memperbanyak puasa sunnah, karena Rosulullah telah mencontohkannya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:

«أَفْضَـلُ الصِّيَـامِ بَعْـدَ رَمَضَـانَ شَهْـرُ اللَّهِ الْمُحَـرَّمُ»

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah berpuasa di Bulan Allah (Syahrullah) Muharram.” (HR. Muslim no. 1982)

Ucapan Nabi ﷺ yang menyebut Syahrullah (Bulan Allah), dengan menyandarkan bulan ini kepada Allah merupakan bentuk penyandaran (idhafah) dengan pemuliaan dan pengagungan  (ta’zhim).

al-Qori rahimahullah berkata:

”الظاهر أن المراد جميع شهر المحرم“

“Yang zhahir (nyata) bahwa yang dimaksud adalah berpuasa di keseluruhan bulan Muharram.”

Meski sudah melewati jadwal puasa tasua dan Asyuro, namun masih ada kesempatan melakukan puasa sunnah lainnya.

baca juga :Naskah Khutbah Jumat Tentang Amalan Puasa Sunnah di Bulan Muharram

Beberapa puasa sunnah yang masih bisa dilakukan di bulan ini diantaranya puasa Daud, Senin Kamis juga puasa Ayyamul bidh.

Meski memperbanyak puasa di bulan  ini sangat baik, namun tidak ada anjuran untuk melakukan puasa penuh satu bulan.

Bahkan Rosulullah juga diketahui tidak melakukan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan.

Selain bulan ini, Rosulullah juga sering memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Bisa jadi beliau tidak mengungkapkan keutamaan bulan Muharram melainkan di saat menjelang akhir hayat beliau, sebelum beliau berkesempatan melaksanakan puasa Muharram tersebut.
(Diringkas dari Tafsir Ibnu Katsir surat /at-Taubah : 36)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan