Di sebuah rumah sederhana berukuran 6×6 meter di Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Risnandar (32) dengan tekun melestarikan seni budaya tradisional wayang golek.
Agni Ilman Darmawan, Jabar Ekspres
Dari ruang kerjanya yang hanya berukuran 3×3 meter, karya-karya Risnandar telah menembus pasar internasional, mencapai Asia hingga Eropa.
Risnandar memulai proses pembuatan wayang golek dengan pembentukan kasar kepala wayang, sebuah tahap yang dikenal sebagai “ngabakalan”.
Setelah itu, kepala wayang diukir dengan detail yang halus, diamplas, didempul, dan dicat putih sebagai warna dasar.
Seluruh proses ini memerlukan ketelitian dan kesabaran yang luar biasa, keterampilan yang diwarisinya dari sang ayah, Bah Duyeh, seorang maestro seniman wayang golek.
“Setiap wayang golek yang dibuat memiliki keunikan tersendiri, baik untuk pajangan maupun untuk pagelaran oleh dalang,” ujar Risnandar, Kamis (11/7).
Risnandar menambahkan, wayang untuk pajangan dijual mulai dari Rp 800 ribu, sementara wayang untuk dalang dijual mulai dari Rp 1 juta.
“Kalau yang dalam itu memerlukan detail yang lebih halus terus punya arti sendiri di setiap warna dan bentuknya,” tambahnya.
Karya Risnandar pun telah digunakan oleh beberapa dalang terkenal di Indonesia dan dipesan oleh kolektor dari berbagai negara seperti Spanyol, Portugal, Inggris, dan Australia.
Meskipun karyanya sudah dikenal di luar negeri, Risnandar sendiri belum mendapatkan kesempatan untuk mempromosikan wayang golek secara langsung di luar negeri.
“Alhamdulillah, meski tidak selalu ramai, selalu ada pesanan yang datang,” ungkap Risnandar.
Hingga kini, Risnandar belum mendapatkan bantuan signifikan dari pemerintah kecuali untuk beberapa bantuan sosial dan pesanan cendera mata untuk acara khusus seperti PON 2016.
Dia juga berharap pemerintah dapat memberikan dukungan lebih, terutama untuk menyediakan tempat yang layak bagi karyanya.
“Ya, paling saya harap bisa dibantu untuk tempat, sebab saya juga bingung untuk memajang karya saya. Saya juga bingung rumah disebut apa, sanggar, rumah produksi atau apa karena begini adanya,” ucapnya.
Risnandar juga mengajak masyarakat untuk turut melestarikan wayang golek, baik dengan menjadi penonton setia, maupun dengan mendukung keberlangsungan seni ini melalui berbagai cara.