JABAR EKSPRES – BPJS Kesehatan kembali menghadirkan terobosan digital dengan meluncurkan layanan Face Recognition BPJS Kesehatan (FRISTA).
Inovasi ini bertujuan untuk memudahkan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam mengakses layanan kesehatan dengan lebih cepat dan aman.
Teknologi pengenalan wajah ini memungkinkan autentikasi pengguna secara akurat, sehingga hanya peserta yang berhak yang dapat mengakses layanan JKN.
Baca juga : BPJS Kesehatan Jadi Syarat Baru Pembuatan SIM, Biaya Lakalantas Bakal Ditanggung
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, menjelaskan dalam konferensi pers pada Senin (8/7/24), bahwa teknologi ini memiliki potensi besar dalam meningkatkan keamanan dan keefektifan layanan JKN.
“Dengan teknologi pengenalan wajah ini, kami dapat memastikan bahwa hanya peserta yang berhak yang bisa mengakses layanan JKN. Ini juga langkah penting dalam mencegah penipuan dan penyalahgunaan identitas,” ujar Ali Ghufron.
Integrasi dengan Data Dukcapil
Implementasi layanan FRISTA ini juga berintegrasi dengan data yang ada di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) untuk keperluan verifikasi.
Mengingat banyaknya data yang harus dikelola, BPJS Kesehatan menekankan pentingnya manajemen perlindungan data berlapis untuk memastikan data pribadi peserta tetap aman.
“Kami di BPJS Kesehatan sangat peduli dengan keamanan data. Kami berupaya keras untuk memastikan perlindungan data pribadi dan mencegah kebocoran data,” tambah Ali Ghufron.
Ali juga mengungkapkan bahwa implementasi FRISTA akan dilakukan secara nasional di seluruh layanan JKN.
Dengan adanya teknologi pengenalan wajah ini, diharapkan efisiensi dan efektivitas layanan JKN akan meningkat secara signifikan.
Peserta tidak perlu lagi repot membawa dokumen fisik atau mengingat nomor peserta, karena sistem ini dapat mengenali wajah mereka dan langsung memverifikasi identitas mereka.
Manfaat Teknologi Face Recognition
Teknologi Face Recognition tidak hanya mempermudah proses autentikasi, tetapi juga memberikan sejumlah manfaat lain.
Pertama, teknologi ini mengurangi risiko kesalahan dalam verifikasi identitas, yang sering kali menjadi kendala dalam layanan kesehatan.
Kedua, teknologi ini mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk verifikasi, sehingga peserta dapat lebih cepat mendapatkan layanan yang mereka butuhkan.