JABAR EKSPRES – Orang tua siswa mengalami permasalahan seusai mengikuti pendaftaran penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SMA Negeri 1 Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Salah satu yang jadi persoalan yakni standar penilaian siswa PPDB melalui jalur prestasi. Tak sedikit para orang tua calon peserta mengeluhkan adanya kejanggalan yang membuat nama anak mereka terlempar dari daftar pemeringkatan sekolah yang dituju.
Adi (35) sang kakak, menceritakan adiknya yang gugur tanpa sebab. Padahal sang adik sudah mengikuti prosedur ketahan fisik yang di selenggarakan oleh panitia PPDB SMAN 1 Cisarua.
“Tanggal 1 Juni 2024, saya, dan orang tua mendampingi langsung adik saya saat melaksanakan tes uji kompetisi jalur kejuaraan. Tapi ada yang janggal, panitia ini bilang penilaian dilakukan secara objektif, namun faktanya ini kita enggak tau standar penilaiannya itu seperti apa,” kata Adi kepada wartawan, Senin (8/7/2024).
BACA JUGA: Polisi Ungkap Motif Mayat Wanita dan Anak Tenggelam Berpelukan, Diduga Sengaja Bunuh Diri
Menurutnya, sejak proses pengajuan sertifikat, serta verifikasi. Data adiknya masuk, namun seusai mengikuti uji tes jalur prestasi tiba-tiba nama adiknya terlempar alias tak lolos. Dia berharap adanya transparansi dari panitia.
“Tapi pada saat melakukan tahapan tes, kalo dikatakan profesional atau adil kan harus fokus panitia itu dilapangan dan betul-betul benar dilihat dengan teliti ,tidak mengabaikan hal-hal bisa merugikan calon didik baru,” tegasnya.
“Apa sih yang jadi acuan untuk penilaian dan batas untuk mendapatkan kriteria lolos yang di minta oleh pihak sekolah. Sementara yang terjadi di lokasi saat itu, panitia jauh dari kata profesionalisme karena panitia PPDB tidak benar-benar fokus untuk melakukan penilaian secara objektif,” sambungnya.
BACA JUGA: Kecamatan Cimahi Selatan Prioritaskan Penanganan Banjir hingga Pembangunan Sekolah
Adi pun mempertanyakan panitia PPDB jalur prestasi yang disediakan oleh pihak SMAN 1 Cisarua. Pasalnya panitia yang bertugas memantau dilapangan yakni siswa SMAN 1 Cisarua.
“Kenapa bukan guru olahraga tau yang mengerti pada bidangnya. Apakah bisa kaka-kaka kelas menjadi tim penilai saat terjadi tes,” jelasnya.