JABAR EKSPRES – Usai bersatunya empat partai politik yakni PAN, Golkar, Demokrat dan PSI dalam Koalisi Bogor Maju (KBM), kini dua kekuatan politik di Kota Bogor yakni PKS dan PDI Perjuangan semakin intensif membangun komunikasi politik.
Kondisi ini akan semakin mengkristalkan figur-figur Bakal Calon Wali Kota (Bacawalkot) Bogor yang berpeluang besar diusung oleh partai politik atau gabungan partai politik dalam Pilkada Kota Bogor mendatang.
Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, Yusfitriadi menuturkan, dinamika dan eskalasi dalam pilkada memang tidak serta merta linier dengan dinamika yang terjadi pada Pemilu 2024 lalu. Sehingga tidak mesti koalisi-koalisi partai dan kekuatan politik yang terjadi pada Pemilu 2024 harus terjadi juga di Pilkada serentak di November 2024 mendatang.
BACA JUGA: Polda Jabar Patuhi Hasil Putusan Praperadilan Pegi Setiawan
Kondisi ini lebih disebabkan dua hal. Pertama, kepentingan lokal, sebab relasi dan kepentingan politik di tingkat lokal jelas berbeda dengan relasi di tingkat elit. Sedangkan pilkada langsung akan menyentuh berbagai kepentingan lokal.
“Ketika partai-partai mempunyai kepentingan politik yang sama di tingkat lokal, maka akan mudah membangun koalisi. Tidak peduli apakah itu KIM atau KBM atau bahkan kekuatan lainnya,” kata Yusfitriadi kepada Jabar Ekspres, Senin, 8 Juli 2024.
Kedua, sambung dia, pilkada sangat ditentukan oleh figur dan ketika berbicara figur dalam konteks pilkada, maka akan menjurus pada tiga hal. Yaitu, kwalitatif, kwantitatif dan cuantitatif.
Yus -sapaanya- menjelaskan, kwalitatif bisa dimaknai dengan sejauh mana pengalaman menata pemerintah daerah, bagaimana tingkat ketokohan di tengah-tengah masyarakat dan mempunyai karakter perekat berbagai elemen yang ada di masyarakat.
Adapun bicara kwantitatif, diartikan bagaimana tingkat elektabikitas dan peluang keterpilihan dalam pilkada. Begitupun dengan cuantitatif, menjadi faktor penting dalam pertarungan di pilkada.
“Sehingga saya melihat di hampir semua provinsi dan kabupaten atau kota komunikasi politik untuk kepentingan pilkada sangat cair dan tidak terlalu terjebak pada koalisi partai politik ketika Pemilu 2024,” tutur Yus.
Menurutnya, hal itu terjadi di Kota Bogor seperti komunikasi intens yang dibangun oleh PKS dan PDI Perjuangan. Disitu, kata Yus, terlihat bagaimana pilkada mempunyai karakteristik lokal.