JABAR EKSPRES – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengutuk keras terjadinya kasus kekerasan di lingkup pondok pesantren (ponpes) sampai menyebabkan hilangnya nyawa seorang santriwati di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB).
‘’Kami berharap polisi segera mengungkapkan penyebab kematian santriwati dalam kasus ini yang diduga karena menjadi korban perundungan di pondok pesantren dan menemukan para pelakunya,’’ kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA Nahar, dikutip dari ANTARA, Selasa (2/7).
Nahar menegaskan pihaknya akan terus mengawal upaya pendampingan bagi keluarga korban dan mendorong polisi untuk mengungkapkan penyebab kematian korban.
BACA JUGA: Belasan Juru Parkir Tilep Setoran, Ini Langkah Tegas Dishub Banjar
Nahar juga menyampaikan turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya santriwati yang diduga sebagai korban kekerasan di lingkup pondok pesantren (ponpes).
Nahar mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan kejadian perundungan terhadap anak di satuan Pendidikan berasrama, dalam kasus ini di pondok pesantren.
‘’Bisa dibayangkan trauma dan ketakutan yang diderita korban yang menerima perundungan berupa kekerasan fisik,’’ kata Nahar.
Saat ini Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Provinsi NTB dan UPTD PPA NTT bersama dengan stakeholder terkait siap memberikan bantuan yang dibutuhkan keluarga anak korban, termasuk bantuan hukum, pendampingan psikososial, bahkan rumah aman sementara bagi orang tua anak.
‘’Kami mendapatkan informasi bahwasannya kasus ini tengah dalam penyidikan Polresta Mataram untuk dapat mengungkap penyebab kematian korban,’’ kata Nahar.
‘’Kementerian PPPA telah memfasilitasi proses pemulangan jenazah korban dari Lombok ke kampung halamannya di Ende, NTT, yang telah dilakukan pada hari Sabtu (29/6) dan korban telah dimakamkan di Ende,’’ lanjut Nahar.
BACA JUGA: Pemkot Bandung Pastikan Kesepakatan Pengelolaan GBLA Selesai Lusa Nanti