JABAR EKSPRES – Setelah momen intim, banyak hal yang bisa terjadi pada tubuh Anda, termasuk risiko yang jarang disadari seperti fraktur penis. Kondisi medis ini, yang dikenal sebagai fraktur penis, terjadi ketika penis tiba-tiba membengkok secara tidak normal selama ereksi, menyebabkan robekan pada tunica albuginea, lapisan dalam penis yang penting untuk proses ereksi.
Menurut Dr. Putu Angga Risky Raharga, seorang spesialis urologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), kasus fraktur penis sering terjadi setelah hubungan intim, terutama dalam beberapa posisi seperti woman on top. Posisi ini, di mana wanita berada di atas dan mengendalikan gerakan, dapat meningkatkan risiko terjadinya fraktur penis.
Gejala fraktur penis dapat terjadi secara mendadak, di mana ereksi tiba-tiba hilang dengan adanya bunyi seperti keretek dan perdarahan di bawah kulit penis. Dr. Angga menyarankan agar pria yang mengalami gejala tersebut segera mencari perawatan medis untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
“Penting untuk segera memeriksakan diri ke rumah sakit setelah mengalami gejala fraktur penis. Jika tidak diobati dengan tepat, kondisi ini dapat menyebabkan impotensi atau disfungsi ereksi di masa depan,” jelas Dr. Angga.
Perlu diperhatikan bahwa tidak sedikit pria, terutama yang berusia 20-30 tahun, mengalami kasus serupa dan mengunjungi rumah sakit dengan keluhan yang sama. Hal ini menunjukkan perlunya kesadaran akan risiko fraktur penis di kalangan masyarakat, terutama setelah aktivitas seksual.
Setelah berhubungan seks, penting untuk mengenali tanda-tanda dan gejala fraktur penis agar dapat segera bertindak. Konsultasikan dengan dokter jika mengalami gejala seperti ereksi yang tiba-tiba hilang, bunyi atau sensasi tidak biasa, serta perdarahan pada penis. Tindakan cepat dapat mencegah komplikasi serius dan memastikan kesehatan seksual yang optimal.