Pengamen Ditemukan Tewas Tergeletak di Kamar Mandi di Banjaran

JABAR EKSPRES – Seorang pengamen jalanan ditemukan meninggal dunia di Pasar Banjaran di Kampung Barat, Desa Banjaran, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat (28/6).

Pengamen berinisial FF (49) seorang warga Katapang, ditemukan tewas tergeletak di dalam kamar mandi Pasar Banjaran dan ditemukan oleh warga.

Kapolsek Banjaran, Heri Suryadi membenarkan adanya peristiwa tersebut. Menurutnya penemuan tersebut terjadi pukul 12.40 WIB.

“Iya betul seorang pengamen ditemukan tewas di kamar mandi,” ujar Heri saat dikonfirmasi.

Heri menjelaskan, awal mula kejadian tersebut ditemukan oleh saksi Jajang (28) dan Ahmad (54) bahwa korban sudah lebih dari 1 jam belum keluar dari dalam kamar mandi.

“Mengetahui informasi tersebut Jajang langsung menuju kamar mandi umum, dan melihat korban sudah dalam keadaan tergeletak dengan posisi terlentang, bahkan ketika di gerak – gerakkan tubuhnya sudah tdk ada respon sama sekali,” jelasnya.

Heri menambahkan, mengetahui hal itu saksi pun langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Banjaran.

Adapun menurut saksi Ahmad mengatakan bahwa pada pukul 10.30 WIb korban sempat mengeluh nyeri lambung. Kemudian oleh saksi diberi minum air hangat.

“Nah tidak lama kemudian korban pamit ke WC. Umum yang tidak jauh dari kios saksi, pada saat itu korban ternyata tidak kunjung keluar yang akhirnya saksi Ahmad memberitahukan kepada saksi JAJANG dan menyuruh untuk mengeceknya,” tambahnya.

Setelah di cek ternyata korban sudah dalam tergeletak tak bernyawa, tidak lama kemudian datang anggota pihak Kepolisian Sektor Banjaran serta Tim INAFIS Polresta Bandung untuk mengecek dan olah tkp di lokasi kejadian.

“Hasil dari pengecekan tidak ditemukannya tanda-tanda adanya kekerasan pada tubuh korban, melainkan karena sakit yang bahkan dikuatkan oleh keterangan dari keluarga,” ungkapnya.

Adapun menurut keterangan keluarga, bahwa korban sebelumnya sempat dirawat di Rumah Sakit karena sakit darah tinggi serta lambung.

“Dan ditemukan di dalam tasnya ada obat-obatan merk amplodofin untuk penurun darah tinggi,” terangnya.

Atas kejadian tersebut pihak keluarga berkeberatan untuk melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Banjaran serta menolak untuk dilakukan autopsi.

“Keluarga juga membuat surat pernyataannya karena keluarga menganggap kejadian tersebut sebagai musibah,” pungkasnya.

Writer: Agni Ilman Darmawan

Tinggalkan Balasan