Joko Anwar dan Nightmares and Daydreams, Terobosan Segar dalam Sci-Fi Supernatural Indonesia

JABAR EKSPRES – Joko Anwar tampaknya menjadi sosok yang paling tepat untuk menangani serial dengan genre sci-fi supernatural seperti “Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams.” Serial ini membutuhkan imajinasi yang liar namun tetap membumi dalam ceritanya. Joko Anwar berupaya memenuhi dua tuntutan ini melalui tujuh episode dalam “Nightmares and Daydreams,” dan hasilnya cukup menjanjikan.

“Nightmares and Daydreams” bukan hanya menjadi ajang comeback Joko Anwar dalam proyek di luar horor, tetapi juga menandai kehadiran serial sci-fi supernatural pertama di Indonesia yang menyegarkan industri. Tujuh episode dalam serial ini menampilkan cerita dengan latar dan karakter berbeda, meskipun bukan dalam format antologi. Konsep ini menarik karena setiap episode, meski berbeda, memiliki keterkaitan yang erat satu sama lain.

Sebagai kreator, Joko Anwar bebas mengeksplorasi berbagai premis cerita yang hampir semuanya mengangkat isu sosial di Indonesia. Beberapa episode seperti “The Orphans” hingga “Hypnotized” berbicara soal penderitaan di jurang kemiskinan, sementara episode lain seperti “Old House” dan “The Encounter” membahas isu keluarga. Joko Anwar juga mencoba menyelipkan muatan sci-fi dan supernatural ke dalam cerita, membuat episode-episode ini menjadi jembatan untuk memasuki dunia ciptaan Joko Anwar.

Setiap episode menawarkan nuansa dan daya tarik tersendiri. “Old House,” sebagai episode pertama, memulai cerita dengan menjanjikan meski sedikit menurun menjelang akhir. “The Orphan” menyinggung berbagai isu kelas menengah ke bawah dengan penampilan cemerlang dari Nirina Zubir dan Yoga Pratama. “Poems and Pains” menyuguhkan premis segar yang dieksekusi dengan baik oleh sutradara muda Randolph Zainy, dan penampilan solid Marissa Anita.

“The Encounter” menjadi favorit dengan latar cerita di kampung yang terancam digusur, menampilkan perjalanan Wahyu (Lukman Sardi) yang penuh narasi berani. “The Other Side” dan “Hypnotized” masing-masing menampilkan cerita supernatural dan aksi yang kuat dari Fachri Albar. “PO Box,” sebagai penutup, membawa teka-teki hingga mengungkap rahasia besar, meskipun akhirnya terkesan ragu-ragu.

Secara keseluruhan, “Nightmares and Daydreams” masih menyimpan banyak tanya dan potensi untuk narasi besar di musim-musim selanjutnya. Ketujuh episode ini berperan sebagai pengantar untuk karakter-karakter penting dalam menghadapi makhluk asing yang mengancam manusia. Dengan harapan Netflix memberi lampu hijau untuk musim kedua, karya terbaru Joko Anwar ini menunjukkan janji besar dan mudah diselesaikan dalam sekali duduk.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan