Kurban adalah suatu peristiwa yang monumental dan memiliki nilai sejarah. Seorang rasul yang diperintahkan Allah untuk menyembelih anak kesayangannya sebagai wujud ketaatan seorang hamba kepada tuhannya. Dalam hal ini selain memiliki nilai ibadah, kurban yang kita laksanakan setiap bulan Dzulhijjah memiliki dimensi sosial. Yaitu semua bergotong royong membantu prosesi penyembelihan hewan sekaligus mendistribusikannya. Selain itu, mereka juga mampu melaksanakan ibadah ini sebagai bentuk kepeduliannya terhadap sesama.
Sebagai bagian dari ajaran agama, ada beberapa nilai-nilai pendidikan yang bisa kita petik dari peristiwa yang pernah dijalani oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Yaitu:
Pertama menjalani perilaku sabar. Nabiyullah Ibrahim alaihissalam sudah berpuluh tahun menikah namun belum dikaruniai putra. Di sinilah kesabaran Nabi Ibrahim diuji. Bisa saja Allah memberikan putra kepada Nabi Ibarhim, namun Allah menunda memberikan putra kepadanya. Dan beliau berhasil menjalankannya dengan penuh kesabaran
Oleh karena itu, sebagai manusia seringkali kita merasa terburu-buru dan berprasangka buruk kepada Allah atas hal yang menimpa kita. Padahal belum tahu kejutan bahkan hikmah apa yang digariskan Allah kepada kita. Oleh karena itu, kita harus senantiasa berprasangka baik kepada Allah.
Hadirin Jamaah Sholat Idul Adha sekalian,
Nilai pendidikan selanjutnya yaitu tawakal. Beliau menunggu kehadiran buah hati selama puluhan tahun hingga dikaruniai seorang putra. Nabi Ibrahim alaihissalam sangat berbahagia dengan karunia ini. Namun, Allah tiba-tiba memberikan ujian kepadanya yaitu menyembelih putra yang beliau cintai.
Namun, ketika beliau menyampaikan kabar ini, reaksi Nabi Ismail menerima perintah Allah dengan sabar. Dialog antara ayah dan putranya ini diabadikan dalam Surat As-Shaffat. Dalam metode pendidikan, Nabi Ibrahim tidak langsung menyuruh putranya menuruti keinginannya. Melainkan menanyakan dan meminta pendapat nya terlebih dahulu.
Poin ketiga dari peristiwa ini adalah pendidikan ketauhidan. Dimana Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dengan kompak menjalankan perintah Allah. Keduanya, sama-sama berserah diri dan bertawakkal menjalani perintah sang pencipta, meskipun ketika hendak disembelih, Allah menggantinya dengan hewan sembelihan dari surga.
Pelajaran yang bisa kita petik dari peristiwa ini adalah pentingnya menanamkan ketauhidan kepada keluarga. Seorang ayah yang memiliki karakter kuat dan ketauhidan yang kokoh akan bisa mendidik anaknya dengan baik dalam hal kecintaan kepada Allah dan mentaati perintahNya serta menjauhi larangan-Nya, jika dirinya terlebih dulu memberikan contoh yang konkrit. Nabi Ibrahim telah memberikan contoh, dan Nabi Ismail pun tidak ragu melaksanakan permintaan dari ayahnya.