Morgan Stanley Turunkan Rekomendasi Saham Indonesia, Apa Sebabnya?

JABAR EKSPRES – Baru-baru ini, lembaga keuangan Amerika Serikat, Morgan Stanley, menurunkan rekomendasi saham-saham Indonesia menjadi “underweight” dalam portofolio investasi mereka untuk pasar Asia dan emerging markets. Penurunan rekomendasi ini didasari oleh kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal Indonesia di masa depan serta menguatnya dolar AS.

Kekhawatiran Kebijakan Fiskal dan Dolar AS yang Kuat

Para ahli strategi Morgan Stanley, termasuk Daniel Blake, mengungkapkan dalam catatan tertanggal 10 Juni lalu bahwa mereka melihat ketidakpastian dalam arah kebijakan fiskal Indonesia ke depan. “Kami melihat ketidakpastian dalam arah kebijakan fiskal Indonesia di masa mendatang, serta pelemahan nilai tukar rupiah di tengah tingginya suku bunga AS dan prospek dolar AS yang kuat,” tulis mereka dalam laporan yang dikutip oleh Bloomberg.

Ketidakpastian ini terutama berkaitan dengan program-program yang dijanjikan oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto, seperti pemberian makan siang dan susu gratis bagi siswa. Program-program ini dinilai oleh Morgan Stanley dapat membebani keuangan negara secara signifikan.

Dampak pada Perusahaan-perusahaan Indonesia

Selain kebijakan fiskal, prospek pendapatan perusahaan-perusahaan di Indonesia juga menjadi perhatian. Morgan Stanley menilai bahwa prospek pendapatan perusahaan-perusahaan di Indonesia sedang melemah. Hal ini diperparah dengan kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan tekanan eksternal dari menguatnya dolar AS.

Menguatnya Dolar AS dan Keputusan Federal Reserve

Perubahan rekomendasi ini terjadi di saat indeks dolar AS mulai menguat menjelang keputusan suku bunga oleh Federal Reserve pada 12 Juni mendatang dan keputusan Bank Indonesia minggu depan. Menguatnya dolar AS menyebabkan tekanan tambahan pada mata uang rupiah yang sudah mengalami pelemahan. Tingginya suku bunga AS juga membuat investor lebih memilih berinvestasi di aset-aset berbasis dolar yang dianggap lebih aman.

Reaksi Pasar dan Pemerintah

Penurunan rekomendasi ini tentunya memberikan dampak terhadap pasar saham di Indonesia. Para investor menjadi lebih berhati-hati dan cenderung mengurangi eksposur mereka terhadap saham-saham Indonesia.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia berusaha menenangkan pasar dengan berbagai kebijakan. Menteri Keuangan Indonesia telah menyatakan bahwa mereka akan memprioritaskan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) domestik untuk mencegah efek crowding out, yaitu kondisi di mana pinjaman pemerintah yang besar mengurangi kemampuan sektor swasta untuk memperoleh kredit.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan