Apa itu KIM?

Untuk prosesnya pembuatannya mulai dari pukul 11.00 WIB hingga waktu subuh. Harganya bervariasi, tergantung ukuran dan pemesanan, mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 100.000.

“Kalau yang motoris Rp 3.000 – Rp 5.000 satu porsinya,” katanya.

Wawan menginginkan adanya penelitian dari Pemkot Bogor atau IPB University mengenai tepung beras agar kuat lama dan kualitasnya tidak menurun, agar ke depan dodongkal bisa dibuat secara praktis dimanapun dan kapanpun. Sebab, saat ini belum ada tepung instan dodongkal di pasaran.

Menambahkan, Ketua KIM Muarasari, Aris Setyo Sudarmo menyampaikan, pasca Covid-19 belum ada pergerakan lagi dari dinas atau instansi terkait. Sebelumnya sering ada pelatihan, seperti pengemasan. Din berharap usaha ini bisa tetap eksis karena ini merupakan makanan tradisional tanpa bahan pengawet dan ada inovasi dodongkal instan.

Bagi yang ingin memesan Dodongkal Pak Godeg bisa langsung menghubungi pemiliknya, Wawan Kusbianto, 08568213244. Ada rasa original, Stroberi, coklat, nanas dan keju.

Cooxers, Brand Sepatu Lokal Produk Asli Mulyaharja

Kehadiran brand sepatu lokal semakin berkembang pesat dalam beberapa tahun belakang ini.
Dari sekian banyak merek sepatu lokal yang ada di Kota Bogor, ada satu yang diciptakan oleh warga Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, yaitu sepatu merek Cooxers. Tepatnya di Pabuaran Pasir RT. 001/010.

Kata Cooxers sendiri diambil dari kata plesetan kaki dalam bahasa sunda kasar (cokor) yang dikemas dalam tulisan kebarat-baratan. Sepatu yang desain dan kualitasnya menawan ini kini makin banyak digunakan oleh banyak orang. Kualitasnya berani di adu dengan merek-merek ternama yang sudah malang melintang di pasar internasional.

“Yang membedakan sepatu Cooxers dengan brand lainnya adalah dalam segi desain, dimana Cooxers dapat menciptakan desain berupa corak dan gambar sesuai keinginan pemesan,” kata Ketua KIM Mulyaharja, Hedi Maulana.

Tardi, satu dari tiga orang pendiri sepatu merek Cooxers mengungkapkan bahwa asal muasal terciptanya Cooxers terinspirasi dari buka usaha jasa digital printing produk sepatu yang telah digelutinya jauh sebelum Pandemi Covid-19.

“Pandemi Covid-19 waktu itu cukup berdampak bagi usaha digital printing kami, sehingga harus memutar otak mencari jalan keluar agar usaha tidak bangkrut dan harus berinovasi,” kata Tardi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan