JABAR EKSPRES – Penurunan masalah gizi anak dibawah lima tahun (balita) atau stunting di Indonesia kini telah menjadi perhatian dan tantangan khusus bagi pemerintah. Meskipun telah terjadi penurunan prevalensi dalam beberapa tahun terakhir, namun jumlah stunting di Indonesia dinilai masih cukup banyak.
Maka agar tidak semakin semakin menigkat, Pemerintah melalui Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mentargetkan penurunan stunting pada tahun 2024 menjadi 14 persen.
Menanggapi hal ini, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes) Maria Endang Sumiwi menyebut, bahwa pihaknya saat ini terus melakukan berbagi langkah agar penurunan stunting hingga 14 persen dapat segera terwujud.
BACA JUGA: KPU Kota Bandung Soal Target Pemilih Jelang Pilkada 2024
Sehingga melalui progam intervensi serentak pencegahan stunting yang akan dijalankan pada bulan Juni 2024 nanti, Maria mengaku bahwa Kemenkes akan terus melakukan berbagai upaya dalam menekan kasus masalah gizi pada balita tersebut.
“Jadi kita akan melakukan pencegahan yang pertama itu kepada ibu hamil. Jadi nanti ibu hamil yang bermasalah gizi awal dan beresiko kepada anaknya yang lahir akan jadi Stunting, itu akan kita cegah di posyandu untuk diperiksa status gizinya. Setelah itu nanti kita ukur di posyandu, dan hasilnya akan dikirim ke puskemas dan kalau ibu hamil itu kurang energi kronis itu akan mendapatkan makanan tambahan selama 120 hari,” katanya melalui diskusi virtual, Rabu (29/5).
Selain pada ibu hamil, dalam progam intervensi serentak ini, Maria mengetakan pencegahan stunting juga akan dilakukan kepada balita. Sebab kata dia berdasarkan hasil survei kesehatan indonesia yang dilakukan Kemenkes beberapa waktu lalu, pemberian gizi pada balita dinilai masih rendah dilakukan oleh masyarakat.
“Sehingga nanti balitanya akan kita timbang, diukur berat badannya untuk mendeteksi masalah gizinya apa. Nah itu akan kita kasih makanan tambahan selama 2 minggu, karena masih banyak anak-anak yang berat badannya tidak naik tapi dianggap normal. Nah ini tidak boleh, karena bisa dianggap underweight (kekurangan berat badan),” ungkapnya